ITS News

Jumat, 27 September 2024
13 Juni 2005, 09:06

Guru Sekolah Tertarik dengan Sampah

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Pelatihan Lingkungan Hidup bagi Guru dalam rangka Peringatan Hari Lingkungan Hidup 2005, digelar ITS melalui pusat Kependudukan Lingkungan Hidup (KLH-LPPM ITS). Kegiatan yang terlaksana Sabtu (11/6) kemarin menunjukkan kepedulian ITS terhadap lingkungan sekitar, utamanya sekolah dalam lingkup kota Surabaya. Sekitar seratus guru tampak antusias mengikuti acara ini, apalagi pelatihan ini juga membahas peran sekolah terhadap permasalahan lingkungan.

Drs Satrijo Wiweko MT, sebagai narasumber yang berkompeten di bidang lingkungan hidup, banyak membeberkan masalah sampah. Awalnya, ia bercerita kenapa ada hari sampah di Indonesia. Penyebabnya terjadi tragedi longsornya sampah di TPA Leuwi Gajah, Bandung. Kejadian ini juga merenggut banyak nyawa. “Ini yang menyebabkan adanya peringatan hari sampah, “ jelas Satrijo. Untuk itu, permasalahan sampah amat penting dan beresiko jika anggap ringan.

Sedangkan keterkaitan sampah dengan sekolah, menurut alumnus S2 Teknik Lingkungan ITS ini, setiap hari sampah pasti menumpuk di sekolah. Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah. Mulai dari bau busuk hingga menjadi penyebab penyakit. Akibatnya, keadaan menjadi tidak nyaman, kotor bahkan tidak rapi. Kondisi seperti ini nantinya akan berdampak pada kegiatan belajar mengajar di sekolah. Karena itu, sampah harus dikelola dengan baik, bukan malah dibuang atau disingkirkan begitu saja.

Pemerhati lingkungan yang pernah memperoleh penghargaan Radar Mojokerto Award untuk bidang lingkungan ini memberikan solusi kepada guru agar sampah di sekolah mudah untuk dikelola. “Ada sarana percontohan dengan dua bak sampah, untuk sampah basah dan sampah kering,” ujar aktifis LSM Sahabat Lingkungan. Ini diperlukan untuk pemisahan jenis sampah supaya dengan mudah dapat didaur ulang. Sampah basah artinya jenis ini merupakan golongan organik yang dapat berbaur dengan tanah misalnya daun. Sedangkan sampah kering, terbuat dari bahan anorganik yang tidak dapat diuraikan dalam tanah.

Namun, banyak yang salah mengartikan antara sampah kering dan sampah basah. Misalnya banyak orang menggolongkan sisa gelas air minum yang masih ada airnya ke dalam sampah basah. Serta daun kering yang dimasukkan ke sampah kering. “Pemahaman inilah yang keliru, walaupun daun kering tetap digolongkan ke sampah basah,” tegas orang yang menjabat Outreach dan Awareness Adviser BEJIS Project Aus AID. Para peserta yang notabene guru ini sangat antusias mendengarkan penjelasan Satrijo. Terbukti, banyak pertanyaan yang terlontar serta riuhnya ruangan menanggapi informasi baru bagi mereka ini. (th@/rin)

Berita Terkait