Kampus ITS, ITS News – Sebagai negara maritim, industri perkapalan Indonesia belum mampu menopang besarnya potensi laut Indonesia. Hal ini salah satunya diakibatkan lesunya industri komponen kapal di Indonesia. Menanggapi hal tersebut, Departemen Teknik Sistem Perkapalan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama PT PAL dan Perkumpulan Industri Komponen Kapal Indonesia (PKKI) adakan seminar bertajuk Symphony pada Minggu (18/11).
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 62 persen wilayahnya merupakan lautan. Menurut General Manager Divisi Perencanaan Strategis Perusahaan PT PAL Indonesia, Edi Rianto, angka ini menunjukkan bahwa lautan merupakan sektor penting yang perlu dimanfaatkan oleh Indonesia. Terlebih sebesar 75 persen dari perdagangan nasional maupun global di Indonesia menggunakan jalur transportasi laut, sehingga industri perkapalan menjadi besar peranannya.
Namun nyatanya, kemampuan industri lokal dalam menopang industri perkapalan masih lemah, sehingga perlu impor dari luar negeri. Untuk industri komponen kapal misalnya, 115 komponen kapal atau sebanyak empat puluh persen masih diimpor dari luar negeri. Seluruh komponen tersebut dikenakan bea masuk antara lima persen hingga dua belas persen dari harga pembelian.
Wakil Koordinator PPKI Jawa Timur I Made Suwirta menambahkan, saat ini sudah terdapat 32 industri aktif yang bisa dijadikan pemasok komponen logam kapal. Namun jumlah ini masih belum bisa mengatasi kebutuhan nasional. Bukan karena tidak mampu, melainkan karena adanya sistem yang kurang tepat antara industri komponen kapal sebagai pemasok dengan galangan kapal.
Hambatan tersebut adalah mutu, pengiriman dan harga. Tiga elemen inilah sebenarnya yang menjadi inti permasalahan industri komponen kapal di Indonesia. Industri lokal belum mampu memenuhi standard dan kualifikasi komponen yang dibutuhkan galangan kapal. Selain itu, untuk memproduksi komponen, biaya yang dikeluarkan untuk uji komponen ringan dan berat besarnya sama, sehingga untuk satu kali produksi harus menunggu gabungan pesanan dari beberapa galangan kapal.
Made melanjutkan, galangan kapal sendiri memiliki perhitungan waktu sendiri untuk mengalokasi setiap proses produksi. Hal ini pula yang menyebabkan harga komponen lokal masih tergolong mahal untuk produksi sebuah kapal. “Sebagai upaya alternatif kelemahan sistem ini, diimporlah beberapa komponen dari luar negeri yang memenuhi standar kualifikasi, tepat waktu dan juga lebih murah,” tutur pria kelahiran Bali ini.
Sebagai pihak akademis, Kepala Departemen Teknik Sistem Perkapalan, Dr Eng Muhammad Badrus Zaman ST MT mengaku siap membantu permasalahan ini. Melalui berbagai riset pengembangan komponen kapal serta inovasi-inovasi baru, para mahasiswa diharap dapat memberi solusi penyelesaian di masa depan. “Sinergi antara akademis dan industri harus segera dilakukan agar permasalahan maritim Indonesia dapat diselesaikan satu persatu,” terang pria kelahiran Banyuwangi ini.
Sebagai alternatif upaya menumbuhkan kreatifitas mahasiswa, tugas akhir mahasiswa juga harus berorintasi pada produksi. Untuk menghemat biaya, riset komponen kapal yang teruji dan terpercaya akan dilakukan mahasiswa. “Sehingga industri nanti akan memiliki ranah tugasnya sendiri yaitu untuk proses produksi saja,” tukas pria lulusan Kobe University Jepang ini. (mad/mik)
Surabaya, ITS News – Kenyamanan dan fungsionalitas menjadi aspek utama dalam desain bangunan yang ramah lingkungan, tak terkecuali bagi
Kampus ITS, Opini — Kontribusi ibu di dalam tumbuh kembang anak merupakan aspek yang krusial, terutama bagi mahasiswa baru
Kampus ITS, ITS News — Menyokong antisipasi terjadinya bencana serta terus berupaya mengedukasi masyarakat, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui
Kampus ITS, ITS News — Transisi menuju energi terbarukan menjadi fokus utama demi lingkungan yang berkelanjutan. Mendukung hal tersebut,