Kampus ITS, ITS News –Perkembangan teknologi beton saat ini mengarah pada beton dengan tingkat fluiditas yang tinggi. Beton jenis ini tidak memerlukan alat pemadat, atau dikenal dengan Self Compacting Concrete (SCC). Pada International Concrete Competition (ICC) 2018 di Universitas Sebelas Maret (UNS), Tim WcFlurry dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya berhasil menyabet juara ketiga dengan inovasinya merancang SCC memanfaatkan limbah abu pembakaran kelapa sawit.
Pada kompetisi yang mengangkat tema Sustainable Self Compacting Concrete ini, abu limbah kelapa sawit atau Palm Oil Fuel Ash (POFA) dipilih sebagai material pengganti semen. Menurut salah satu anggota tim, Cita Nanda Kusuma Negari, selama ini pemanfaatan POFA masih minim dan belum terkelola dengan baik. Ditambah lagi POFA menjadi masalah bagi industri kelapa sawit karena memerlukan lahan pembuangan yang luas dan jumlahnya yang terus meningkat. “Jadi, kami ingin mengangkat konsep sustainable atau keberlanjutan dari poin-poin tersebut,” ungkapnya.
Wanita yang akrab disapa Cita ini menjelaskan, POFA terlebih dahulu harus disaring sampai lolos ayakan nomor 325. Tujuannya agar ukuran partikel dapat terkontrol sesuai dengan ukuran semen sehingga bisa reaktif. “Apabila ukuran partikelnya lebih besar dari ukuran semen, POFA ini hanya akan bekerja sebagai filler atau bahan pengisi, bukan sebagai binder atau pengikat,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa POFA sebagai substitusi semen memiliki kandungan pozolanik seperti silika, alumina, dan besi yang tinggi. Kandungan tersebut berguna untuk membantu reaksi hidrasi sekunder yang dapat meningkatkan kekuatan beton. “Pozolannya lebih dari 70 persen sehingga sudah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI),” terang mahasiswa angkatan 2017 ini.
Dalam perlombaan tersebut, beton SCC buatan tim bimbingan Ir Faimun MSc PhD dan Prof Tavio ST MT PhD ini harus melewati proses uji slump flow, L-Box, dan compressive strength. Uji slump flow dan L-Box ini berfungsi untuk mengetahui kelecakkan dari campuran beton segar guna menentukkan tingkat kerja atau workability-nya. Sedangkan compressive strength atau uji tekan berfungsi untuk menguji kekuatan materialnya.
Hasil uji slump flow-nya menujukkan nilai 685 milimeter, lolos standar The European Federation of Specialist Construction Chemicals and Concrete Systems (EFNARC) sebesar 500 milimeter. Sedangkan untuk compressive strength-nya mendapat nilai rata-rata 26 megapascal.
Dalam penelitiannya, Cita menceritakan ia dan tim harus berulang kali melakukan trial dan eror untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan target. Dengan pencapaian tersebut, tim yang digawangi Cita bersama Agus Bastian, dan David Gideon ini pun tidak ingin merasa cepat puas. “Harapan ke depannya semoga lebih maksimal lagi pada kompetisi selanjutnya,” pungkas Cita. (jun/mik/Humas ITS)
Surabaya, ITS News – Kenyamanan dan fungsionalitas menjadi aspek utama dalam desain bangunan yang ramah lingkungan, tak terkecuali bagi
Kampus ITS, Opini — Kontribusi ibu di dalam tumbuh kembang anak merupakan aspek yang krusial, terutama bagi mahasiswa baru
Kampus ITS, ITS News — Menyokong antisipasi terjadinya bencana serta terus berupaya mengedukasi masyarakat, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui
Kampus ITS, ITS News — Transisi menuju energi terbarukan menjadi fokus utama demi lingkungan yang berkelanjutan. Mendukung hal tersebut,