ITS News

Sabtu, 05 Oktober 2024
04 Desember 2018, 21:12

Mahasiswa Asing Ikuti Indonesian Food Challenge di UPT Bahasa dan Budaya ITS

Oleh : itsmis | | Source : -

Kepala UPT Pusat Bahasa dan Budaya ITS, Ratna Rintaningrum, Ph.D, mengenalkan kuliner Indonesia kepada peserta

Kampus ITS, ITS News – ITS terus menerus mengembangkan program-program andalan untuk menuju World Class University (WCU). Baru-baru ini UPT Bahasa dan Budaya kedatangan tamu-tamu mancanegara yang tujuannya untuk mempelajari budaya Indonesia. Melalui program Community and Technological Camp (CommTECH) Nusantara 2018, Directorat Hubungan Internasional bersinergi dengan UPT Bahasa dan Budaya untuk menjamu tamu-tamu asing dengan kegiatan-kegiatan budaya yang dilakukan di unit tersebut. Ratna Rintaningrum, Ph.D selaku Kepala UPT Bahasa dan Budaya ketika dikonfirmasi membenarkan berita tersebut. Ratna menjelaskan ada 18 tamu asing dan mereka berstatus sebagai mahasiswa di negaranya yang mengikuti program kegiatan budaya di UPT Bahasa dan Budaya. Mereka berasal dari China, Vietnam, Bangkok, dan Malaysia.

Ratna menjelaskan kegiatan budaya yang dirangkai dalam program CommTech Nus 2018 berupa ’Live Cooking Demonstration’ dengan tag line ‘Indonesian Food Challenge’. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya Indonesia dari sisi budaya material, yaitu kuliner. Dan ini merupakan budaya yang paling banyak disukai oleh para pebelajar di unit ini. Sebenarnya tajuk dari kegiatan tersebut memiliki arti di belakangnya, Ratna menjelaskan. Dinamakan Food Challenge karena mahasiswa asing tidak hanya diperkenalkan atau ditunjukkan dengan berbagai jenis masakan Indonesia, terus mencicipinya. Lebih dari itu agar kegiatan ini memiliki ‘jiwa’, dan ada gregetnya, para tamu asing tersebut kita tantang untuk memasaknya sekaligus on the spot. Jadi mereka kita beri kesempatan untuk mendemonstrasikannya dan menikmati hasil karyanya.

Ada tiga masakan yang didemonstrasikan, yaitu nasi goreng, soto, dan rujak manis. Pemilihan ketiga jenis masakan tersebut juga tidak dengan tanpa alasan. Nasi goreng dipilih karena simpel pembuatannya, berupa nasi sebagai makanan pokok Indonesia, soto disajikan karena berupa sup, sedangkan rujak manis, asli Indonesia kita anggap sebagai dessert nya (makanan penutup). Jadi sup sebagai entry, nasi goreng sebagai main course, dan rujak manis sebagai dessert nya. Jadi satu rangkaian makanan, jelas Ratna yang pernah tinggal di Australia selama 7 tahun. Selain itu, mereka perlu juga mengenal buah lokal, Ratna menambahkan.

Mahasiswa internasional mengikuti tantangan memasak

Para mahasiswa asing tersebut tidak hanya mengetahui makanan khas Indonesia saja, tetapi dalam budaya kuliner mereka juga mengenal recipes makanan Indonesia, yang tidak mereka temukan di negaranya, karena Indonesia memiliki dan menggunakan rempah-rempah.

Kegiatan Indonesian Food Challenge ini diawali dengan ‘welcoming drink’ khas Indonesia, yaitu serbat yang terbuat dari air dengan campuran serai, pandan wangi, dan kayu manis serta gula merah, dan disajikan hangat. Mereka juga diperkenalkan dengan snack Indonesia berupa lemper (Indonesian Sushi) dan pastel (Indonesia Pie).

Selesai acara cooking demo dan lunch, mereka memberikan tanggapan yang mengejutkan, dan sekaligus menggembirakan. Yixuan Zhang, mahasiswa dari Dalian Maritime University (DMU), China mengatakan bahwa mereka sangat senang dengan kegiatan hari itu. Karena jenis masakannya ‘completely different’ dengan yang dia jumpai di China. Kalaupun ada rasanya beda dengan yang dia makan hari ini. Zhan mengatakan sangat suka dengan rujak manis karena mirip dengan ‘dumpling’ yang di China. Dia mengatakan, “Pokoknya saya suka semuanya, apalagi saya dan teman-teman bisa menikmati hasil karya sendiri”. “Saya tidak menemukan bengkoang di China”, imbuhnya

Salah satu tim peserta CommTech menyajikan soto ayam, makanan khas Indonesia.

Lain lagi dengan, Nur Fatin dari University Kuala Lumpur Malaysia France Institute. Dia suka masak nasi goreng. “Kalau diberi terasi, seperti hari ini, di Malaysia disebut nasi goreng balacan”, katanya penuh semangat.

Sedangkan Kan dari Bangkok mengatakan tidak sulit memasak, karena suka membantu ibunya. Hanya makanan yang dia masak hari ini, jenisnya baru. Dia sangat senang karena bisa bereksperimen di negara lain. Sebaliknya, Nguyen dari Vietnam mengalami kesulitan karena tidak tahu mana yang harus dilakukan pertama dan seterusnya. Untungnya, UPT Bahasa dan Budaya sudah menyiapkan para Master Chef, yaitu para tendik UPT Bahasa yang siap membantu mereka. Acara Indonesian Food Challenge ditutup dengan pemberian souvenir dan cultural photo session di spot-spot unik yang ada di unit tersebut.

Peserta terlihat antusias mempelajari makanan Indonesia

Berita Terkait