Kampus ITS, ITS News – Makin tingginya permintaan beton di masyarakat saat ini, menyebabkan makin tinggi pula kadar karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh Portland Pozzoland Cement (PPC) sebagai bahan utama pembuat beton bagi lingkungan sekitar. Menanggapi hal tersebut, empat mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berinovasi menggunakan abu cangkang keong sawah dan serbuk kapur alami dalam campuran pembuatan beton.
Berkat inovasinya tersebut, tim mahasiswa dari Departemen Teknik Infrastruktur Sipil ITS tersebut berhasil menyabet tiga penghargaan dalam Kaohsiung International Invention and Design Expo (KIDE) 2018 di Taiwan, awal Desember lalu. Dihelat oleh World Invention Intelectual Property Associations (WIIPA), kompetisi ini diikuti oleh 300 lebih peserta yang berasal dari 26 negara.
Kompetisi yang telah ada sejak 2013 ini menjadi ajang bergengsi bagi para peserta untuk menunjukkan kepekaannya terhadap lingkungan dalam wujud ide baru yang berkarakter original dan berdaya guna tinggi bagi lingkungan.
Adalah Ifon Robi Kurniadi, Ilham Pradana Kusuma, Aditya Rachmad Andriyono dan Mohamad Ilham Fahmi yang menjadi delegasi ITS dengan nama Tim PERFE-CT. Tim ITS ini merupakan salah satu dari lima tim yang menjadi perwakilan Indonesia di ajang bergengsi internasional tersebut.
Mohamad Ilham Fahmi, salah satu anggota Tim PERFE-CT menjelaskan bahwa Indonesia sejatinya memiliki lahan produksi pertanian seluas 8 juta hektar. Akan tetapi terdapat banyak hama yang menghambat pertanian di Indonesia. Salah satunya adalah keong sawah (Bellamya javanica).
Keong sawah ini berpotensi menimbulkan kerugian yang sangat tinggi terhadap panen tanaman padi. “Hal ini dikarenakan keong sawah ini memiliki sifat polyphagous herbivore, yakni berkembang dengan sangat cepat dan mudah beradaptasi dengan lingkungan,” jelas mahasiswa yang biasa disapa Ilham ini.
Ilham juga mengungkapkan, inovasi tersebut didasarkan pada material lokal Indonesia yang masih melimpah, namun tidak pernah dimanfaatkan dengan baik. Selain itu, cangkang keong sawah juga mengandung kadar CaCO3 (kalsium karbonat) yang sangat tinggi, sehingga dapat bereaksi sangat baik dengan semen sebagai bahan utama pembuatan beton.
“Kami memanfaatkan cangkang keong sawah karena selama ini yang dimanfaatkan hanya dagingnya saja, sedangkan cangkangnya terbuang sia-sia,” ujar Ilham yang diamini oleh rekan-rekan timnya.
Sementara itu, Ifon Robi Kurniadi selaku ketua tim mengungkapkan, batuan kapur alami yang dimiliki Indonesia sangat ini masih melimpah, khususnya di Provinsi Jawa Timur. Namun, hampir di setiap daerah di Jawa Timur yang memiliki batuan kapur alami terebut masih belum memanfaatkan secara maksimal. Padahal manfaat kapur alami untuk berbagai produksi bahan sangatlah besar, terutama untuk campuran beton. “Sebab, kapur alami memiliki hasil yang sangat baik dalam bereaksi dengan semen pada campuran beton,” beber Ifon.
Produksi semen PPC, tambah Ifon, saat ini mencapai 2,8 milyar ton per tahun untuk produksi bahan baku beton. Sehingga menyumbang dua hingga enam persen dari keseluruhan emisi CO2 oleh manusia dan diprediksi akan terus meningkat. Dalam pembuatan beton, material pozzolanic menjadi campuran dari semen PPC.
Untuk mengurangi penggunaan PPC itulah, Tim PERFE-CT mengganti material pozzolanic dan menambahkan komposisinya menggunakan abu cangkang keong dan serbuk kapur alami. “Selain mampu mengganti material pozzolanic, penggunaan material lokal ini juga dapat membantu perekonomian serta meminimalisir limbah yang tak ternilai,” tuturnya.
Ilham menjelaskan bahwa Tim PERFE-CT telah mencoba sejumlah pengujian kuat tekan dengan proporsi bahan yang bervariasi. Pengujian tersebut melibatkan beberapa variabel dengan menggunakan semen PPC, abu cangkang keong dan serbuk kapur alami.
Beberapa hasil pengujian kuat tekan beton yang dihasilkan adalah 47,13 MPa; 42,20 Mpa dan 47,64 MPa. Pengujian ini menggunakan variabel kontrol berkomposisi 100 persen semen PPC yang berkekuatan tekan 50,17 MPa. “Kekuatan paling besar dengan kuat tekan 47,64 MPa tersebut diperoleh dengan proporsi semen PPC 80 persen, abu cangkang keong 10 persen dan serbuk kapur alami 10 persen,” terang mahasiswa angkatan 2016 ini.
Berkat ide inovasi yang murni dan asli tersebut, konsep yang di bawah bimbingan Ridho Bayuaji ST MT PhD ini mendapat tiga penghargaan sekaligus di ajang KIDE 2018 tersebut. Antara lain Gold Medal 2018 Kaohsiung International Invention & Design Expo, Award of Excellence dari Toronto Canada International Society of Innovation & Advanced Skill, dan Excellent Gold Medal dari Highly Innovative Unique Foundation Kingdom of Saudi Arabia.
Konsep abu cangkang keong sawah dan serbuk kapur alami sebagai campuran bahan baku beton ini dinilai mampu menjawab permasalahan yang ada dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat melalui pemanfaatn material lokal. (mad/HUMAS ITS)
Kampus ITS, ITS News — Untuk tingkatkan kualitas maggot, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) inovasikan metode untuk meningkatkan
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus membuka pintu kolaborasi guna meningkatkan kompetensi mahasiswanya dalam
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mengukir prestasi dengan menempati posisi ke-77 dunia dan peringkat
Kampus ITS, ITS News — Memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2024, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pengurus Wilayah