ITS News

Senin, 25 November 2024
17 Februari 2019, 22:02

Mahasiswa ITS Majukan Museum Lumajang Lewat Display Media Interakif

Oleh : itsmis | | Source : -

Dimas Nugroho dan karyanya berupa produk display media interaktif untuk museum Lumajang

Kampus ITS, ITS News – Museum merupakan salah satu wadah edukasi sekaligus rekreasi bagi masyarakat, terutama kalangan pelajar. Bermaksud meningkatkan minat kunjung musuem, mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ciptakan produk teknologi display media interaktif terhadap fasilitas dan objek museum yang mengadopsi teknologi Virtual/Augmented Reality dan interaksi gerak tangan (leap motion) untuk museum di Lumajang.

Adalah Dimas Nugroho, mahasiswa Departemen Desain Produk Industri ITS yang merealisasikan ide dan imajinasinya tersebut. Dimas menjelaskan bahwa produk display ini berawal dari pengamatannya terhadap museum lokal yang perlu adanya perkembangan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, terutama untuk model display objek. Terlebih, para pelajar yang merupakan sasaran utama pengunjung museum memang sangat dekat dan senang dengan penggunaan teknologi terkini.

Produk display yang berbentuk seperti podium ini mengadopsi teknologi display Virtual/Augmented Reality yang memungkinkan penggunanya dapat memandang objek display seolah-olah nyata sejauh 360 derajat. Selain itu, terdapat juga gabungan dari perangkat yang bernama Leap motion, sehingga penggunanya dapat berinteraksi dengan objek display melalui gerakan tangan. “Dengan Virtual Reality (VR) Glass dan sensor gerakan tangan, pengguna lebih dekat dan dapat mengeksplorasi lebih jauh objek dan fasilitas museum,” paparya.

Secara fungsional, produk display ini memfokuskan fungsinya pada integrasi peralatan, sensor gerak serta tata letak. Penggabungan ini, tutur Dimas, dirancang secara efisien dari segi penggunaan ruang maupun desain. Dengan perancangan desain sedemikian rupa, produk display ini dapat disesuaikan dengan ketinggian masing-masing pengguna berdasar sensor yang bekerja. “Penyesuaian ketinggian ini akan berjalan setelah pengguna mengikuti tutorial yang ditampilkan di layar,” jelas pria asal Probolinggo ini.

Penggunaan produk display ini pun relatif sederhana. Langkah pertama, pengunjung diharuskan mendekati produk display dan layar akan memunculkan tutorial sederhana penggunaan produk ini. Setelah mengikuti serangkaian tutorial yang diberikan, tangan pengguna direntangkan di hadapan layar agar dapat dibaca oleh sensor yang juga akan menyesuaikan ketinggian penggunanya. Dengan demikian, pengunjung dapat secara langsung berinteraksi dengan konten museum yang disediakan dalam display produk ini.

Dimas mengatakan usia museum yang relatif muda, yakni sudah sekitar empat tahun berdiri, membuat museum di Lumajang memiliki potensi yang sangat besar untuk terus dikembangkan serta dieksplorasi. Hal ini lah yang sangat memudahkan adanya penerimaan terhadap hal-hal baru sehingga dapat lebih dikenal oleh masyarakat meskipun masih terbilang baru. Selain itu, koleksi yang dimiliki museum di Lumajang pun cukup banyak, seperti arca, perhiasan, senjata kuno serta kesenian-kesenian daerah setempat.

Secara desain, imbuh Dimas, produk display hasil bimbingan Djoko Kuswanto, ST MBiotech ini mengadopsi kebudayaan setempat, yakni ikon Kota Lumajang berupa Jaran Kencak (Kuda Menari). Jaran kencak merupakan kuda yang sedang menri-nari dan dipakaikan zirah di kepalanya, sehingga memberikan kesan dinamis. “Oleh sebab itu pula saya tampilkan bayangan hitam (shilouette) layaknya kepala kuda berzirah apabila dilihat dari depan,” tutur pria kelahiran 1995 ini.

Konsep utama produk display ini banyak ia ambil berdasar karya-karya Dr Surya Sumpeno, ST MSc, salah satu dosen Departemen Teknik Komputer ITS. Sebab, dosen tersebut banyak memiliki karya-karya terkait dengan digitalisasi museum di Indonesia. Sebut saja seperti 3D Stereoskopik, Holographic, Simponium dan lain sebagainya. “Beberapa diantaranya saya adopsi dan saya gabungkan sehingga terwujud dalam karya display ini,” terang mahasiswa yang hobi menggambar ini.

Melalui produk ini, Dimas berharap agar museum lebih diperhatikan oleh masyarakat, terutama kalangan pelajar. Sebab tanpa adanya pemahaman akan sejarah, bangsa ini akan kehilangan jati dirinya kelak. “Melalui adanya teknologi ini, para pelajar yang merupakan generasi millennial diharap lebih tertarik untuk berkunjung ke museum,” pungkasnya. (mad/mik)

Bentuk jadi produk display media interaktif untuk museum

Berita Terkait