ITS News

Minggu, 29 September 2024
24 Agustus 2005, 17:08

Coba Bantu Atasi 2436 Ton Sampah Per Hari di Surabaya

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Seminar sehari lingkungan hidup digelar BEM ITS untuk membantu pemecahan masalah sampah. Acara yang dihelat Rabu (24/8) ini bertajuk Bincang Sosial, Menumbuhkan Kepedulian Mahasiswa ITS terhadap Masalah Lingkungan Hidup dan dihadiri beberapa pakar masalah sampah. Pembicaranya antara lain Ketua Dinas Kebersihan Kota Surabaya, Drs H Ismanu MM; Drs Satrijo Wiweko MT, Wildy Solthon, aktivis LPA; dan Dr Yulinah, dosen Teknik Lingkungan ITS.

Setyo Martono, Presiden BEM ITS, menjelaskan latar belakang diadakannya seminar ini. ”Karena sampah merupakan masalah kompleks yang menyangkut orang banyak, dan kita berharap bisa menggerakkan mahasiswa ITS untuk membantu,” terang mahasiswa Teknik Sipil ini.

Dari hasil penelitian, timbulan sampah di Surabaya mencapai 8700 meter kubik per hari atau 2436 ton per hari. Sedangkan kapasitas angkut ke tempat pembuangan akhir (TPA), hanya 6700 meter kubik per hari atau 1876 ton per hari. Dari sini tentu bisa disimpulkan, kapasitas pembuangan kurang memadai dibanding timbulannya. ”Sebenarnya, jika kita bisa membantu mengurangi sedikitnya 5 persen dari jumlah timbulan perharinya, kita sudah sangat membantu dinas kebersihan,” ujar Yulinah. Ditambahkan olehnya, timbulan sampah itu berasal dari berbagai tempat. Mulai dari rumah tangga, sekolah, kampus, taman, tumbuhan, hingga industri.

Salah satu cara penanggulangan dengan didaur ulang. ”Kertas misalnya, dirobek-robek, direndam di air, kemudian ditumbuk, disaring dengan kasa dan dibentuk,” jelas Wiweko yang akrab dipanggil Koko ini. Dia menambahkan, sebenarnya masyarakat sudah cukup membantu dengan memisahkan sampah basah dan kering. Koko menyesalkan tindakan masyarakat yang tidak kooperatif, ”Saya sering lihat, di kampus ini dan di masyarakat, kadang mereka memilih membakarnya,” imbuhnya sedikit menyesali.

Dalam cerita Wildy, berbagai masalah kerap ditemui di daerah pembuangan sampah. ”Mulai dari kebakaran, bangkai binatang, hingga tubuh manusia yang telah membusuk korban pembunuhan yang tidak diketahui identitasnya,” ujar mantan Menteri Departemen Pengabdian Masyarakat (Deppengmas) BEM ITS tahun 1998 ini. Dari ceritanya, masalah sampah bisa mempengaruhi kehidupan. Misalnya, perbedaan ekonomi antara pemulung sampah dengan pengepul. ”Pengepul bisa menjual sampah untuk didaur ulang sepuluh kali lipat dari harga belinya dari pemulung,” ungkap aktivis yang dulu pernah tinggal dengan pemulung di daerah pembuangan di Keputih ini.

Seminar yang dihadiri lebih dari 50 peserta ini merupakan rangkaian tiga seminar program Deppengmas BEM ITS. ”Ini seminar pertama dari tiga, selanjutnya akan diadakan tiga dan enam bulan mendatang,” terang Fauzan mahasiswa Fisika ’02 Kadep Pengmas BEM ITS. Ditambahkan Fauzan, seminar berikutnya tentang Pendidikan untuk Anak Jalanan, dan Save Our Environment, yang juga berkutat dengan masalah lingkungan hidup. (ech/tov)

Berita Terkait