ITS News

Minggu, 29 September 2024
25 Agustus 2005, 11:08

Tim Robot Mahasiswa ITS Ke China

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Menyusul robot ASKAF-i yang telah lebih dulu berangkat ke Bejing, Rabu (24/8) kemarin, tim robot yang terdiri atas tiga mahasiswa dan seorang dosen ITS, berangkat menuju China. Tim itu akan berlaga di kontes robot internasional, Robocon 2005, di Bejing, China, 27-28 Agustus mendatang. Keberangkatan tim Robot ASKAF-i melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta dilepas Mendiknas, Bambang Sudibyo.

Kabar terakhir dari panitia pusat di China, dua puluh robot dari sembilan belas negara bakal bertanding di kontes robot internasional. Tuan rumah, China, akan menurunkan dua tim. Dikatakan Ir Gigih Prabowo, panitia pusat KRI yang ikut mendampingi tim ITS ke Bejing, lawan terberat dan dijagokan akan masuk ke final tahun ini adalah Jepang. ”Dalam rekaman vidoe yang kami peroleh tim Jepang benar-benar tangguh dalam menguasai lapangan dan kecepatan,” katanya.

Namun, tanpa bermaksud ingin menyombongkan diri, Gigih mengungkapkan keyakinannya bahwa robot ASKAF-i dari Indonesia punya peluang besar, karena berada sedikit dibawah waktu yang telah dicapai tim Jepang. ”Mudah-mudahan hasil uji coba terakhir yang pernah dicatatakan ASKAF-i sehari sebelum robot tersebut dimasukkan ke dalam peti menuju China dapat terus ditingkatkan,” katanya.

Gigih berharap tim ITS dapat kembali mengukir prestasi seperti yang pernah diraihnya tahun 2001 dengan Robot B-Cak saat di Korayama, Jepang. “Selain Jepang lawan tangguh saat ini memang masih dari Vietnam yang pernah menjadi juara sebanyak dua kali pada tahun 2002 dan tahun 2004 lalu. Tapi tuan rumah China juga punya keinginan untuk menang, selain dia akan diuntungkan karena sebagai tuan rumah, tahun lalu China juga menjadi finalis. Tapi khabar yang kami terima China baru melakukan babak penyisihan pada 20 Agustus lalu, sehingga kemungkinan persiapannya sangat kurang,” katanya.

Lalu bagaimana persiapan tim Robot ITS? Menurut Eko Henfir, dosen pembimbing ASKAF-i, ia telah melakukan beberapa perubahan untuk mencapai kecepatan maksimal didalam meraih poin di titik tengah bola api. “Kalau saat KRI di Jakarta kami mencapai titik tengah dalam waktu delapan detik, kini kami sudah menyelesaikannya dalam waktu satu detik dan berhasil memasukkan bola ke dalam keranjang pada detik keempat,” katanya.

Dikatakannya, kunci utama untuk menyelesaikan permainan agar menang mutlak adalah bagaimana robot otomatis dapat menguasai terlebih dahulu titik tengah. ”Pengalaman selama ini, robor-robot yang bertanding di tingkat internasional selalu mengutamakan kecepatan didalam menyelesaikan permainan. Itulah yang kini kami sedang lakukan dan ternyata dalam beberapa kali latihan kami baru mencapai rata-rata 1,5 menit. Prestasi terbaik kami adalah saat uji coba sehari sebelum keberangkatan dengan capaian satu menit untuk menyelesaikan game. Mudah-mudahan kondisi itu akan lebih baik lagi di Bejing,” kata Henfri yang tercatat sebagai tim B-Cak pada kemenangan tahun 2001 di Jepang.

Karena ingin mengutamakan kecepatan itulah, kata Henfi, maka ada beberapa perubahan didalam jumlah robot otomatis yang disiapkan. “Kalau sebelumnya kami mengandalkan empat robot otomatis, sekarang kami hanya ada tiga robot otomatis, yang diharapkan dapat menyelesaikan penempatan-penempatan bola di keranjang yang memang hanya boleh dijangkau oleh robot otimatis,” katanya.

Itu sebabnya, kini tugas robot manual tidak hanya diharapkan mampu mengisi bola-bola pada sudut-sudut di pinggir lapangan, tapi juga diharapkan mampu melakukan manuver untuk menembakkan bola pada keranjang yang memang hanya bisa dijangkau oleh robot otimatis itu. “Tugas menembakkan bola dalam beberapa latihan sudah terbukti cukup baik, dan kami juga telah menyiapkan agar tembakkan yang disiapkan oleh robot manual juga bisa berfungsi mengeluarkan bola lawan,” katanya.

Henfri mengatakan, kalau dalam hitungan matematis, apa yang dilakukan tim robot ITS sudah maksmial, kini tinggal pada unsur keberuntungan dan lawan mana yang akan dihadapi dalam babak penyisihan.

Seperti dikatakan Gigih, dari sembilan belas negara dan duapuluh robot yang akan berlaga di Bejing itu, mereka akan dibagi dalam tujuh gruop dengan masing-masing group terdiri tiga sampai empat tim. ”Dalam babak penyisihan akan dilakukan pertandingan sistem setengah kompetisi, dimana masing-masing juara grup dan satu juara dua terbaik akan maju ke babak berikutnya. Total jika sampai ke final dan menjadi juara, satu tim robot akan bermain dalam lima kali pertandingan,” katanya.

Tawaqal
Sebelumnya, Pembantu Rektor III ITS yang ikut hadir didalam pemberangkatan ke China mengatakan, pada kontes robot kali ini bukan hanya terkait dengan pertandingan seperti layaknya di bidang olahraga, tapi lebih dari itu. Selain diperlukan kekuatan fisik para anggota tim, juga dibutuhkan kemampuan intelektual serta kesadaran akan nilai-nilai transendental. ”Saya percaya tim sudah bekerja sedemikian rupa untuk meraih juara, tapi kita harus ingat ada yang lebih menentukan dari hanya sekadar latihan dan kemampuan intelektual kita,” katanya.

Kesadaran inilah, kata Jazidie menambahkan, yang juga harus tetap dipegang, sehingga kalau pun nantinya ITS keluar sebagai juara, itu semua semata-mata karena kehendak Allah, demikian juga sebaiknya jika gagal, datangnya juga dari Allah. ”Atas dasar itulah sebaiknya kita tetap tawaqal dan berserah diri kepada Allah. Karena itu pula, beban yang ada dipundak kalian, jangan dianggap sebagai beban berat, tapi jadikanlah semua ini adalah amanah dari Allah. Saya percaya Anda bisa melakukan itu,” katanya. (Humas/rin)

Berita Terkait