ITS News

Senin, 02 September 2024
03 April 2019, 19:04

Momen Menakar Keimanan dari Peringatan Isra Mikraj

Oleh : itssep | | Source : https://www.its.ac.id

Kampus ITS, Opini – Peristiwa isra mikraj yang dialami oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menjadi salah satu peristiwa yang sempat membuat gempar masyarakat Mekkah yang waktu itu baru sangat awal sekali mengenal islam. Kini, peringatan isra mikraj menjadi momentum untuk muhasabah diri dan menakar tingkat keimanan agar diri menjadi lebih baik lagi.

Isra sendiri dapat dimaksudkan peristiwa perjalanan Rasulullah dari Masjidil Haram yang ada di Mekkah menuju Masjidil Aqsha yang ada di Palestina. Sedangkan Mikraj merupakan perjalanan Rasulullah melintasi tujuh langit untuk bertemu para nabi menuju ke sidratul muntaha untuk menerima perintah salat yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.

Semua peristiwa yang terjadi dalam waktu semalam tersebut tentunya membuat gempar masyarakat Mekkah. Para pemimpin quraisy (sebutan penduduk yang tinggal di mekkah saat itu) berlomba-lomba menampik kebenaran isra dan mikraj yang disampaikan Rasulullah SAW. Jarak Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha yang terpisah sejauh 1500 km dengan terbatasnya teknologi transportasi saat itu, serta ketidaktahuan mereka mengenai langit menambah semangat mereka untuk menghujat Rasulullah SAW sekaligus mempengaruhi teman mereka yang sudah masuk islam untuk kembali berpaling.

Padahal jika ditilik lebih dalam lagi, peristiwa isra mikraj menjadi momen awal untuk menguji keimanan kaum muslimin yang saat itu masih sedikit dan baru menerima ilmu tentang islam. Isra mikraj juga menjadi titik awal perintah islam yang sampai saat ini menjadi ibadah utama yang dilaksanakan kaum muslim. Belajar memahami bahwa ketika Allah SWT sudah berkehendak, maka apapun peristiwa diluar logika dapat terjadi.

Jika dikaitkan dengan masa kini, ada beberapa pelajaran yang dapat diambil sekaligus menjadi tuntunan dalam bersikap kedepannya dari peringatan isra mikraj. Pertama adalah menjadikan isra mikraj momentum muhasabah sampai mana tingkat keimanan kita. Dalam melaksanakan perintah Allah SWT, kaum muslimin diharapkan dapat bersikap sami’na wa atho’na yang artinya kami mendengar dan kami taat.

Al-Quran dan hadits haruslah menjadi pedoman dalam bersikap sehari-hari kaum muslimin. Al-Quran yang merupakan perintah langsung dari Allah SWT serta hadits yang berisi berbagai amalan dan sunnah yang berasal dari sabda Rasulullah SAW maupun cerita para sahabat yang mendampingi beliau haruslah ditaati semua yang tercantum di dalamnya. Dalam melaksanakannya pun harus dipenuhi rasa keyakinan bahwa perintah tersebut akan berakibat baik dan berpahala kedepannya tanpa sedikitpun meragukan dan mempertanyakannya. Hal itulah yang menjadi pengamalan sesungguhnya arti kata iman dalam beragama.

Pelajaran kedua yang didapat dari peristiwa isra mikraj adalah menjalankan perintah salat. Salat menjadi ibadah utama yang dilakukan oleh setiap muslim sebanyak lima kali sehari. Perintah awal salat yang diterima Rasulullah SAW dari Allah SWT saat berada di sidratul muntaha adalah mewajibkan salat sebanyak 50 kali sehari. Namun karena saran dari Nabi Ibrahim AS yang berada di langit ketujuh, Rasulullah SAW pun meminta keringanan dari Allah hingga menjad lima kali sehari.

Salat lima kali sehari merupakan perintah salat yang paling ringan dari Allah SWT yang sebelumnya memerintahkan untuk mengerjakan salat 50 kali sehari. Lantas saat ini masih ada saja kaum muslimin yang meninggalkan salat karena disibukkan urusan dunia. Di sini kembali lagi, besarnya iman dalam hati berperan penting menggerakkan tubuh untuk menyempatkan waktu merendahkan diri di hadapan Allah SWT. Salat menjadi identitas kaum muslimin yang tentunya harus ditegakkan dengan segenap hati.

Pelajaran ketiga yang dapat diambil adalah pentingnya Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha bagi islam. Saat ini, Masjidil Haram menjadi masjid yang wajib dikunjungi seluruh muslim di dunia karena keberadaan ka’bah di dalamnya. Setiap salat pun diwajibkan untuk menghadap ke arah ka’bah yang berada di dalam Masjidil Haram. Nasib yang miris tentunya dialami oleh Masjidil Aqsha. Masjid bersejarah yang ada di Palestina ini saat ini masih berada di bawah ancaman Israel mengingat konflik berkelanjutan yang masih terjadi di sana. Bahkan, muslim di Palestina tidak bisa bebas memasuki Masjidil Aqsha karena ketatnya penjagaan tentara Israel. Semoga kedepannya kaum muslimin dapat bersatu dan dengan bantuan Allah SWT dapat membebaskan Masjidil Aqsha kembali.

Dari beberapa pelajaran tersebut, dapat disadari bahwa momentum isra mikraj sangatlah penting menjadi bagian pembangun keimanan kaum muslimin. Dengan keimanan yang sudah terbangun kuat dan kokoh. Setiap amal ibadah akan terasa nikmat untuk dikerjakan. Hidup pun akan menjadi lebih terarah karena percaya bahwa baik buruknya peristiwa yang dialami manusia akan menyimpan hikmah di baliknya. Semoga iman yang kuat akan selalu tertancap di hati kita.

Ditulis oleh:

Septian Chandra Susanto
Mahasiswa S1 Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota
Angkatan 2018
Reporter ITS Online

Berita Terkait