ITS News

Senin, 30 September 2024
07 Desember 2005, 15:12

Lubna: Mahasiswa ITS itu Ingin Cepet tapi Mekso

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Kesadaran mahasiswa ITS untuk meningkatkan kualitas bahasa Inggris terbilang rendah. Ini dikatakan Dra Lubna Algadrie Dipl TEFL MA, Direktur ITS Language Center. Dari data pengguna kursus bahasa Inggris pada tahun 2004, sejumlah 4353 user mengikuti kursus bahasa Inggris dari sekitar 17 ribu mahasiswa ITS. Umumnya, mahasiswa ITS pergi ke Language Center ketika mengikuti tes penempatan LCPT dan TOEFL.

Padahal ITS Language Center telah lama meluncurkan program IKOMA ITS Care Program. Lewat program ini, mahasiswa ITS mendapat bimbingan bahasa Inggris secara gratis. Hingga tahun ke lima dijalankan, masih sedikit yang memanfaatkan program ini.

Ditemui di ruang kerjanya, Rabu (7/12) alumnus ELT Management, Avignon University, Prancis ini mengatakan, “Data terakhir yang saya laporkan ke Rektor, hingga September 2005, ada 4497 user yang ikut les bahasa Inggris,” tutur Lubna seraya menyodorkan data dalam sebuah buku tebal. Sebagai informasi, dari 4497 user itu belum tentu ekivalen dengan 4497 mahasiswa ITS, karena dalam satu tahun, seorang mahasiswa ITS dapat mengikuti kursus bahasa Inggris berkali-kali sesuai paket yang ada.

Sebenarnya, dengan mensyaratkan tes TOEFL bagi calon wisudawan, ITS menjadi trendsetter bagi perguruan tinggi lain di Indonesia, “Baru ITS yang menerapkan aturan ini dan karena itu, Language Center jadi rujukan mereka,” kata pengajar yang bergabung dengan ITS mulai 1971 ini. Sayangnya, kebijakan skor TOEFL 450 bagi S1 dan D3 seolah menjadi bumerang, karena kecenderungannya mahasiswa ITS sekarang hanya mengejar nilai, bukan kualitas. “Mereka sudah puas dapat TOEFL 450,” keluh Lubna. Padahal skor 450 itu tidak ada apa-apanya dibanding TOEFL standar internasional.

Wanita paruh baya itu kemudian membuka lagi buku datanya, “Coba lihat, total yang ikut kursus memang meningkat dari tahun ke tahun” tunjuk Lubna. Namun, pada level yang tinggi, makin sedikit yang ikut dari tahun ke tahun. “Kesimpulannya, mereka cukup puas begitu ikut TOEFL, terus lulus yang disyaratkan, tidak mau lagi meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya,” kata Lubna kemudian.

Lubna kemudian berbicara soal gagalnya sejumlah mahasiswa meraih TOEFL yang disyaratkan. Maunya, masih menurut Lubna, “Mereka itu ingin cepet tapi mekso,” ujarnya dengan dialek Jawa. “Kalau pada tes penempatan LCPT mereka berada level bawah, jangan ikut TOEFL dulu, itu sama dengan bunuh diri,” ucapnya tegas. Sebaiknya, kata wanita yang pernah menjadi English Instructor di PT PAL ini, mereka ikut ITS Care Program dulu.

Sementara itu, dalam rangka Lustrum IX ITS, Language Center akan mengadakan International Day yang sedianya diadakan 24 Desember. Namun karena ekspatriat dari Prancis dan Jerman pulang kampung, kegiatan pun diundur. “Rencananya acara tahunan ini dilaksanakan minggu terakhir Januari, sambil menunggu ekspatriat itu balik,” pungkas Lubna seraya tersenyum (tov/ftr)

Berita Terkait