ITS News

Minggu, 29 September 2024
10 Februari 2006, 14:02

ITS Ciptakan ‘Lathi Geni’ untuk Pengetesan Sumur Minyak

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam uji coba yang dilakukan di fire gorund Pertamina di Cepu, 3 Februari lalu, alat itu telah dinyatakan bekerja sempurna dan maksimal, sesuai dengan keinginan pemesannya PT Bama Bumi Sentosa (BBS). PT BBS saat pemesanan mensyaratkan hasil pembakaran tidak menimbulkan asap hitam yang dapat merusak lingkungan.

Dikatakan Dr Muhammad Nur Yuniarto, ketua tim pembuatan alat yang ditemui Kamis siang (9/2) di Laboratorium Manufaktur, alat ini punya beberapa kelebihan dibandingkan alat pembakar yang selama ini dipasok oleh beberapa perusahan asing di bidang perminyakan. ”Selain tidak menimbulkan asap pekat hitam, yang umum terjadi pada proses pembakaran minyak mentah, pembakar ini juga tidak meninggalkan sisa. Karena itulah kami memberi nama panjang smokeless crude oil burner lathi geni atau cukup disingkat dengan burner lathi geni,” papar Nur.

Keunggulan lainnya, kata doktor lulusan dari University of Manchester, Inggris, mengingat sudah dapat dibuat di dalam negeri, maka harganya jauh lebih murah. ”Kalau pembakar yang biasa dipasok oleh perusahaan-perusahaan minyak berharga miliaran rupiah, pembakar yang kami buat hanya dalam kisaran ratusan juta saja, dan ini sudah barang tentu akan mampu menekan biaya didalam proses pemanfaatan sumur minyak,” katanya.

Dijelaskan Nur, proses pembakaran minyak mentah dalam rangkaian pengetesan sumur minyak sebelum dieksplorasi, merupakan proses yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Itu karena, jika tidak ditangani dengan serius dapat menimbulkan pencemaran. Demikian juga saat melakukan pembakaran minyak mentahnya. Jika perbandingan udara yang dikeluarkan dengan jumlah minyak mentah yang akan dibakar tidak setara, maka sudah dapat dipastikan akan menimbulkan pencemaran baik berupa asap hitam dan sisi minyak yang tidak terbakar. “Di sinilah sebenarnya kunci dari pembuatan alat pembakar ini, dan sudah barang tentu juga terletak pada dimensi dan kontur ujung pembakar atau biasa disebut atomizer,” ungkapnya.

Didampingi rekan timnya, Ary Bachtiar Krisna Putra ST, MT, Nur juga menjelaskan tentang awal mula mereka membuat pembakar minyak mentah itu. ”Kalau riset mengenai burner memang sudah sejak lama dilakukan di Jurusan Mesin ITS, bahkan bukan hanya itu dasar teori pun sudah dimasukkan dalam mata kuliah teknik pembakaran yang ditawarkan kepada mahasiswa. Tapi kami baru tergerak untuk membuat dalam bentuk nyata dan benar-benar bisa dimanfaatkan ketika kami ditantang oleh PT BBS untuk membuat pembakaran tanpa asap (smokless),” katanya.

Waktu itu, katanya menambahkan, yang terpikir bagaimana dapat menjawab tantangan itu. Tanpa berpikir panjang, Nur pun mengatakan sanggup mewujudkan permintaan dari PT BBS. ”Karena sudah menyatakan sanggup, kami terus bekerja keras siang malam, mulai dari merancang bentuk, memilih material hingga membuat modeling di komputer,” katanya.

Terus terang, kata Ary menambahkan, karena minimal burner itu harus dapat membakar sebanyak 10 ribu barel minyak mentah per hari, maka kapasitasnya pun harus dibuat besar. “Tapi kami tidak ingin beresiko dengan alat yang besar itu, karena itu selain dibuat modeling pada komputer dan mensimulasikannya, kami juga memulainya dari yang kecil terlebih dahulu,” katanya.

Prestasi lain yang juga perlu dicatat dalam pembuatan burner ini adalah waktu yang dibutuhkan. ”Kalau kerja normal satu alat bisa selesai dalam waktu enam bulan. Tapi karena kami bersemangat dan ingin segera melihat hasilnya pembuatan alat ini hanya butuh waktu dua bulan, dari Desember 2005 hingga Januari 2006. Tentu kami bekerja 24 jam tanpa libur dihari Sabtu dan Minggu,” katanya.

Kini dengan hasil sempurna tanpa asap, Nur dan Ary cukup berbangga dengan karyanya. Disamping dapat memberikan alternatif alat pembakar yang lebih murah kepada perusahaan minyak di Indonesia, rancangannya benar-benar bisa membakar tanpa asap dan sisa bahan minyak mentah. ”Selama ini persoalan membakar minyak mentah dalam rangkaian proses pengetesan sumur minyak sebelum dieksplorasi adalah ada pada faktor pencemaran lingkungan hidup. Tapi kini dengan tanpa asap dan sisa minyak mentah, tentu persoalan lingkungan sudah bisa teratasi,” katanya.

Bukan hanya itu, alat rancangan mereka sudah di pesan oleh PT BBS. Satu unit Burner Lathi Geni kini sudah di pesan oleh PT BBS, selain itu dua atomizer hasil desain tim juga dipesan untuk digunakan pada burner yang telah dimiliki PT BBS untuk keperluan pembakaran minyak mentah di lepas pantai. ”Harapannya ke depan bukan hanya PT BBS yang memesan tapi ada banyak perusahaan lain tertarik, karena hasilnya jauh lebih baik dan harganya lebih murah,” ujar Nur.(Humas/asa)

Berita Terkait