ITS News

Minggu, 29 September 2024
17 Februari 2006, 15:02

Mukhtasor : Fungsi Pesisir Harus Dipastikan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Selain berdialog dengan Menteri Kelautan dan Perikanan, Freddy Numberi, 250 peserta pun dapat berdiskusi dengan Ir Mukhtasor MEng PhD, dosen Teknik Kelautan ITS. Pria yang akrab disapa Mukhtasor ini membawakan materi mengenai hubungan antara pemangku kepentingan dalam pemanfaatan potensi pesisir dan laut.

Awalnya, Mukhtasor menjelaskan tentang pengertian pesisir. “Jika kita bicara pesisir, maka kita berbicara tentang daratan dan lautan. Pesisir adalah batas antara keduanya. Nah, sekarang kita pun hidup di daerah pesisir. Namun yang perlu dibatasi tentang konteks pesisir yaitu kecamatan terdekat yang dekat dengan laut," tandasnya panjang lebar. Pesisir, lanjut dosen ITS ini, merupakan tulang punggung kegiatan ekonomi yang penuh melibatkan masyarakat.

Namun, kata Mukhtasor, persoalan di sana itu semakin kompleks dan dinamik, sehingga menyebabkan kerusakan wilayah pesisir. Semua ini terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir, ada tiga faktor yang mempengaruhi dan merupakan ciri khas pesisir. Pertama berhubungan dengan kelembagaan yang mencakup konflik pemanfaatan ruang, ketidakpastian hukum, serta pemanfaatan dan konservasi sumer daya alam. Lalu faktor biofisik yang berupa kerusakan, bencana dan pencemaran. Terakhir terkait dengan masalah sosial Ekonomi misalnya kemiskinan, pendidikan dan kesehatan.

Dinamika pesisir, imbuh dosen yang berpenampilan sederhana ini, secara keruangan menjadikan potensi wilayah pesisir di Indonesia sebagai masalah dikemudian hari. Ini bisa dijumpai dalam bentuk erosi dan abrasi ataupun akresi (tanah timbul). Masalah erosi, abrasi dan akresi dapat terjadi karena proses alami, akibat kegiatan manusia, ataupun kombinasi dari keduanya dan hal ini banyak dijumpai diseluruh pesisir Indonesia.

Sementara itu, upaya untuk mengatasi masalah erosi dan abrasi selama ini banyak dilakukan dengan pendekatan “rekayasa keras” (hard engineering), yakni dengan membuat bangunan-bangunan pantai seperti: tembok laut, pelindung tebing (revetment), groin, jetty, krib sejajar pantai, dan tanggul laut. “Penyelesaian dengan cara-cara tersebut di beberapa daerah masih dilakukan secara parsial dan sporadis sehingga belum memberikan hasil yang baik, komentarnya.

Mukhtasor pun menandaskan kembali bahwa potensi pesisir sangat banyak, tapi sifat daerah ini sangat rentan. “Kontribusi dan keterlibatan seringkali malah merusak, misalkan terhadap tata ruang kota Surabaya. Sehingga perlu dipastikan fungsi pesisir sebagai kawasan preikanan, wisata bahari atau konservasi,” pungkasnya.(th@/asa)

Berita Terkait