ITS News

Jumat, 04 Oktober 2024
23 Agustus 2019, 09:08

Mahasiswa ITS Juara 1 Sayembara Warga 2019

Oleh : itsmad | | Source : -

Dari kiri: Aliya Ulil Faddila, Selvi Aini Mutiara Fadillah, dan Sukma Dyah Aini saat menjuarai Sayembara Warga dalam rangkaian Festagama 2019

Kampus ITS, ITS News – Prestasi membanggakan tiada hentinya ditorehkan oleh mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Kembali, tiga orang mahasiswa ITS berhasil meraih juara pertama pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Sayembara Warga, yang dihelat oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Perencanaan Wilayah Kota (HMTPWK) Universitas Gadjah Mada (UGM), 23 Agustus lalu.

Adalah Sukma Dyah Aini, Selvi Aini Mutiara Fadillah, dan Aliya Ulil Faddila, mahasiswa Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) ITS yang berhasil menjuarai salah satu kompetisi Festival Kota Gajah Mada (Festagama) 2019. Bertajuk Urun Daya Kota Berdaya, tim ini membawakan karya berjudul Pasuruan City Harbor Heritage (Passage): Konsep Revitalisasi Pelabuhan sebagai Identitas Berdaya Tarik Wisata Pesisir. Berkat kegigihan dan doa yang terus menyertai, tim ini berhasil kalahkan puluhan tim dari berbgai perguruan tinggi lain.

Kompetisi yang dihelat di Gedung Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan (DTAP) UGM ini  turut dihadiri peserta dari berbagai perguruan tinggi, diantaranya ITS, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Brawijaya (UB), Institut Teknologi Kalimantan (ITK) dan lain sebagainya. Dalam kompetisi ini, para peserta beradu ide tekait konsep pemberdayaan sebuah kota dengan sokongan masyarakatnya.

Sukma Dyah Aini, ketua tim, menjelaskan bahwa ide yang diangkat timnya ini merupakan pengembangan ide-ide yang telah ada sebelumnya, yakni revitalisasi sebuah pelabuhan. Revitalisasi sendiri merupakan upaya pengembalian sesuatu yang vital atau penting. Namun adanya inovasi penggabungan dengan konsep heritage atau wisata pesisir merupakan nilai tambah bagi timnya. Kota Pasuruan dinilai sebagai sebuah wilayah yang sangat cocok dengan konsep ini. Sebab, dalam sejarahnya, Kota Pasuruan merupakan pusat pelabuhan Jawa bagian timur pada masa kolonial. “Kota ini juga pernah menjadi pusat pemerintahan kolonial, sebelum adanya Surabaya dan Malang. Dan semua itu berawal dari sebuah pelabuhan,” jelas mahasiswi yang kerap disapa Sukma ini.

Tim ITS berfoto bersama para finalis lain dalam Sayembara Warga rangkaian Festagama 2019

Hanya saja, lanjut Sukma, bukti peninggalan sejarah pelabuhan Kota Pasuruan sangatlah sedikit. Padahal bukti-bukti itulah yang menjadi syarat adanya upaya revitalisasi. Oleh sebab itulah dibutuhkan beberapa bukti pendukung lain berupa situs sejarah di wilayah sekitar diantaranya Gedoeng Woeloe, Rumah Daroessalam, Gedung Pancasila, Rumah Singa, Gereja St. Antonio Padua, Gedung Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Untung Suropati, Gedung P3GI, Alun-Alun Kota, Taman Kota, serta Kelenteng Tjoe Tik Kiong. “Penentuan jalur wisata itu dibagi berdasar tiga tema berbeda dengan rute yang berawal dan berakhir di pelabuhan Kota Pasuruan,” terang mahasiswi angkatan 2018 ini.

Berdasar studi lokasi dan instrumen hukum, konsep bimbingan Putu Gde Ariastita ST MT ini memiliki peluang besar untuk dapat diimplementasikan. Secara hukum, Peraturan Daerah (Perda) Kota Pasuruan tahun 2015 No. 20 menyatakan bahwa Pasuruan merupakan kota pariwiasata berbasis budaya. Lebih luas lagi, adanya kebijakan nasional Deputi Strategi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata yang menyatakan bahwa presentase pemberdayaan pariwisata sebesar enam puluh persen,  dua kali lipat dari wisata alam yang hanya sebesar 33 persen turut mendukung suksesnya konsep ini.

Potensi pasar dan masyarakat pun sangat mendukung upaya revitalisasi ini. Budaya khas Kota Pasuruan seperti Tari Terbang Bandung, Tari Ning Pasar Uang, jajanan Bipang Jangkar merupakan peluang besar untuk menarik wisatawan. Lokasi yang berada di timur jawa juga menjadi nilai tambah, mengingat wisata sejarah terkenal umumnya berada di Jawa Tengah dan Jogjakarta. “Yang paling penting, Kota Pasuruan ini memiliki sejarah yang unik dan nilainya sangat mahal. Tidak banyak juga yang tahu sejarah mendalam Kota Pasuruan walaupun penduduk setempat sekalipun,” pungkas mahasiswi asal Bondowoso ini. (mad/id)

Berita Terkait