ITS News

Minggu, 29 September 2024
22 Februari 2006, 17:02

LKMM TL: Ajak Jadi Provokator

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ir Indrajaya, MSc, koordinator pemandu, mengatakan bahwa LKMM TL memang dipelopori ITS pada tahun 1991. Selanjutnya, pelatihan ini diadakan oleh Dikti. ”Namun, pada tahun ini Dikti tidak menggelarnya. Jadi kami berinisiatif untuk menyelenggarakan ini bukan atas nama Diknas, tapi ITS secara mandiri,” tandas pria berkacamata ini. Para peserta pun telah mengikuti kegiatan penjenjangan berupa LKMM pra TD dan LKMM TD (lingkup jurusan atau fakultas) dan LKMM TM (lingkup institut). ”LKMM TL ini melatih kalian untuk membentuk manajemen opini publik. Nantinya kalian akan diterjunkan langsung ke masyarakat dan mengegolkan opini itu,” tandas dosen ITS ini.

Menurut Indra, sangat sulit untuk mengegolkan kegiatan LKMM TL.”Kegiatan ini sudah kami ajukan ke tingkat nasional beberapa kali, tapi ada kelompok tertentu yang selalu saja menginginkan kegiatan ini gagal, karena mereka takut kalau kalian jadi pintar. Kami pun telah siap dengan hambatan itu, dan alhamdulilah sekarang bisa terlaksana,”jelasnya. Indrajaya kemudian mengungkapkan harapannya agar setelah pulang nanti, peserta benar-benar bisa kuasai wacana.

Perguruan Tinggi, lanjut Indra, amat sedikit dan jarang memberikan ilmu seperti ini. ”Karena kami mengajak anda jadi provokator tapi provokator yang baik demi untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa, nggak hanya melalui demo-demo yang ngawur,” ungkapnya.

REKTOR: KADER HARUS CERDAS DAN OPTIMIS

Sementara itu Rektor ITS, Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA yang menutup kegiatan tiga hari ini pada Minggu malam (19/2) juga mengungkapkan harapannya pada peserta. ”Anda di sini dicanangkan jadi kader bangsa dimana menempati posisi khusus, anda bukanlah common people. Untuk itu buktikan dengan kemampuan, dedikasi, keteladanan dan prestasi, ” harap Nuh. Salah satu caranya, lanjut Nuh, membentuk suatu opini ke publik yang baik, yang akan melatih ketajaman analisis berbasis pada fakta lapangan saja tapi juga dengan tujuan mulia untuk menolong bangsa ini. Jika peserta, imbuh Nuh, ingin membuat opini dan dilepaskan saja tanpa mengevaluasi justru akan merusak bangunan struktur sosial Bangsa.

Menurut Nuh, ada tiga obyek yang dari tahun ke tahun selalu menjadi persoalan besar bangsa yaitu pertanian, perdagangan, dan patologi sosial (pusat studi kajian). Sebagai seorang kader harus ada dua prinsip berbeda dan ciri khusus yang dibawa dan dipegang, yakni mencari alternatif solusi cerdas dari setiap permasalahan yang muncul serta mampu menyikapi sesuatu dengan optimisme. ”Kalau nggak punya ini maka hilanglah status sebagai kader,” paparnya.

Dari studi ke lapangan nantinya, ujar Nuh, setidaknya ada dua tantangan yang akan menanti. Pertama adalah socio awarness yaitu tentang kepedulian sosial yang sangat kuat. Dan yang kedua adalah mampu memberikan solusi alternatif. ”Persoalan nggak akan habis selama manusia masih ada. Ingat! kualitas kader bukan diukur dari kemampuan atraksi fisik semata, tapi solusi cerdas,” tandasnya. Salah satu kelemahan bangsa ini, ungkap Nuh, adalah rendahnya kemampuan memeberikan apresiasi dari saudara kita yang berprestasi. ”Kalau nggak mau memberikan apresiasi itu berarti sakit karena dengki,” pungkasnya.(th@/ftr)

Berita Terkait