ITS News

Minggu, 29 September 2024
29 Maret 2006, 08:03

ITS Berikan Anugrah Bagi ‘Pahlawan’ Banjir Jember

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

ITS melalui Pusat Studi Bencana Lembaga Pengembangan dan Penelitian Masyarakat (PSB LPPM) memberikan penghargaan kepada KH Muzamil Hasan Basuni. Award semacam Kalpataru ini diberikan atas kearifan lokal yang dilakukannya untuk menanggulangi jatuhnya korban dalam bencana banjir lumpur di Jember, awal tahun ini. Penghargaan yang diberi nama Anugrah Kearifan Lokal ini diserahkan dalam Lokakarya Nasional Kesiapan Darurat Bencana Industri dan Lingkungan yang digelar oleh PSB LPPM ITS, Rabu pagi (29/3).

Seusai menerima penghargaan dari PSB ITS, Pimpinan Pondok Pesantren Al Hasan ini diberi kesempatan untuk bercerita lebih dalam. Muzamil pun mulai berkisah. ”Apa yang saya lakukan waktu itu, awalnya karena saya melihat air sungai yang mengalir di dekat pondok dalam beberapa bulan sebelumnya berubah warna. Padahal, waktu itu tidak ada hujan. Saya pun berkesimpulan di atas telah terjadi longsoran-longsoran kecil jauh sebelumnya,” ungkapnya mengawali cerita.

Karena itulah, lanjut ayah dari enam orang putra ini, ketika pada 1 Januari hujan terus-menerus dengan curah hujan yang cukup besar dan tidak berhenti sejak pukul 11.00 siang hingga pukul 18.00, rasa was-was akan terjadi longsor dan banjir yang lebih besar muncul. Apalagi ia tahu persis struktur Gunug Argopuro sejak tahun 1987, ketika melakukan penelitian astronomi mandiri, kondisi tanahnya sudah banyak yang retak dan lapuk.

”Sehingga, saya bersama adik meminta agar para santri dan masyarakat untuk segera mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Awalnya, saya meminta kepada keluarga untuk mencari tempat yang lebih tinggi, lalu memindahkan santri putri dari musala ke masjid yang letaknya juga lebih tinggi. Saat itu, kami belum berani memindahkan santri laki-laki karena memang belum melaksanakan salat Isya,” jelas Kyai kelahiran Jember 1960 ini.

Setelah Isya, sambung Kyai yang punya hobi menekuni astronomi secara otodidak ini lagi, di tengah banjir yang sudah mulai sebatas dengkul, ia mulai mengungsikan santri laki-laki ke lokasi yang lebih tinggi. ”Di tempat pengungsian itulah saya meminta kepada para santri dan masyarakat untuk tidak segera kembali ke rumah masing-masing meski hujan dan situasinya sudah reda. Lebih baik tinggal di tempat ini sambil menunggu salat Subuh berjamaah. Dugaan saya benar, tengah malam, longsor dan banjir lumpur kemudian menerjang lokasi Ponpes dan permukiman sekitar, dan Alhamdulilah kami telah menyelamatkan lebih dari 400 orang,” papar Muzamil.

Mendengar kisah itu, para peserta lokakarya pun kagum atas apa yang telah dilakukan KH Muzamil. Apalagi dijelaskan, hingga kini retakan-retakan tanah di Gunung Argopuro masih banyak jumlahnya dan ratusan meter panjangnya membujur dari sisi barat ke timur. ”Hal ini jika tidak segera dilakukan penanganan, tidak mustahil akan terjadi lagi musibah serupa. Saya memang sedikit mengetahui struktur tanah di sana, karena pada saat ada peristiwa Komet Hilley beberapa waktu lalu, sebagai orang yang menekuni astronomi secara otodidak, diberi tugas untuk mengamati perubahan struktur tanah terhadap kehadiran Komet Hilley,” pungkasnya. (th@/rin)

Berita Terkait