Kampus ITS, ITS News – Karya inovatif yang sangat bermanfaat bagi masyarakat kembali dihasilkan oleh sivitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Kali ini, untuk membantu orang yang memiliki keterbatasan tangan atau penyandang disabilitas tangan, mahasiswa ITS menciptakan sebuah keyboard atau papan ketik kaki yang diberi nama DEFBoard.
Keyboard unik nan bemanfaat ini tidak dibuat secara sembarangan atau asal-asalan. Dalam proses desain dan pembuatannya terdapat riset mendalam terlebih dahulu dengan mengaplikasikan basis ergonomi dan anthropometri, sehingga sesuai dengan kebutuhan penggunanya.
Tim mahasiswa yang berhasil merancang DEFBoard ini adalah Sangki Purabaya (Teknik Industri angkatan 2017), Rozan Putra Dandi (Teknik Industri 2016), dan Alif Aditya Wicaksono (Teknik Komputer 2018). Sebelum bergabung sebagai tim, Alif Aditya yang pertama kali menyusun prototipe keyboard kaki tersebut berpandangan bahwa penyandang disabilitas memiliki kesempatan yang sama dengan kebanyakan orang lainnya. Namun, di awal merancang inovasinya, ia belum memiliki basis riset ilmiah terkait produk tersebut.
Akhirnya setelah mereka membentuk tim dan melalui bimbingan Dr Adithya Sudiarno yang juga dosen Departemen Teknik Industri, dimulailah penyusunan DEFBoard generasi berikutnya yang telah dilakukan banyak peningkatan dari segi bentuk dan kenyamanan penggunaannya.
Dalam penyusunannya, tim DEFBoard yang kini beranggotakan tiga orang tersebut diharuskan melakukan riset terkait dimensi kaki manusia. Data pengukuran kaki manusia tersebut digunakan sebagai acuan dimensi keyboard mereka. Hal ini sesuai dengan basis anthropometri, di mana DEFBoard menyesuaikan dimensi kaki manusia. “Di sini kita melakukan pengukuran kaki orang secara langsung,” jelas Sangki Purabaya yang dipercaya sebagai ketua tim dari DEFBoard ini.
Masuk ke proses desain, lanjut Sangki, keyboard yang berhasil membawa pulang medali emas dari Taiwan Innotech Expo pada akhir September lalu ini memastikan bahwa telah memenuhi kategori efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien (ENASE) sesuai basis ergonomi. “Untuk itu, tim DEFBoard harus mengatur kemiringan keyboard, lengkungan, hingga penataan tombolnya dengan penuh pertimbangan,” terang Sangki lagi.
Menurut Sangki, kemiringan keyboard menggunakan konsep pada pedal rem dan gas mobil. Sebab sudut kemiringan pedal pada mobil dinilai pas dan ergonomis bagi kaki, sehingga mengetik menggunakan kaki juga akan terasa nyaman. Tombol pada DEFBoard dicetak menggunakan kostumisasi printer 3D, di mana terdapat lengkungan yang menyesuaikan bentuk jempol kaki manusia.
“Yang sedikit berbeda, kalau di keyboard lain kan ada banyak baris sampai lima atau enam baris, di DEFBoard ini hanya ada tiga baris,” papar pemuda asal Bandung ini. Peletakan huruf dan jarak antar tombol, imbuh Sangki, juga sudah disesuaikan dengan pengguna. Sehingga lebih mudah untuk digunakan mengetik dengan kaki.
Setelah desain dan bentuk riil dari DEFBoard usai dibuat, tim kemudian masuk ke proses integrasi komponen DEFBoard dengan komputer. Pada tahap ini dilakukan proses coding, sehingga DEFBoard siap digunakan untuk mengetik dengan komputer.
Sangki mengungkapkan bahwa tim DEFBoard juga telah melakukan pengujian lebih dulu sebelum merilis keyboard ini. Yang pertama, pengujian ke pengguna awal di mana tim melihat seberapa efektif inovasi mereka digunakan oleh orang-orang yang kali pertama merasakan mengetik dengan kaki.
Kemudian dilakukan pengujian kedua, di mana para penguji produk ini sebelumnya diberi pelatihan cara penggunaan produk. Dari pengujian kedua tersebut, tim mengamati bahwa akurasi dan kecepatan ketik pengguna meningkat. Karena kebanyakan pengguna baru masih sulit memahami, sehingga kecepatan ketik awalnya sangat pelan.
Kekurangan tersebut bisa ditutupi dengan dilakukan training lebih dulu, sehingga pengguna menjadi terbiasa mengetik dengan DEFBoard. “Hal ini juga yang membuat kami akhirnya mendapat Special Award dari Asosiasi Invention Polandia di Taiwan Innotech Expo,” tutur Sangki bangga.
Karena kompleksnya desain dan pembuatan DEFBoard, aku Sangki, diperlukan ketelitian yang tinggi dan proses yang tidak bisa dilakukan sembarangan. Sangki juga menjelaskan bahwa dari segi bahan mereka memiliki beberapa kendala.
Sebenarnya, menurut Sangki, harga produksi bisa ditekan jauh sekali kalau punya kerja sama dengan perusahaan yang bergerak di bidang injection molding. “Sekarang menggunakan akrilik ini presisinya terbatas dan harganya sendiri bisa sampai 700 ribu rupiah cuma untuk akriliknya,” ungkap Sangki mengakhiri. (ion25/HUMAS ITS)
Kampus ITS, ITS News — Tak hanya berkomitmen untuk senantiasa menghadirkan inovasi mutakhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) juga
Kampus ITS, ITS News — Tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan aplikasi Kinderfin, untuk meningkatkan
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan atas inovasi anak bangsa, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memperkuat nilai-nilai toleransi dan harmoni di tengah keberagaman