ITS News

Minggu, 29 September 2024
18 April 2006, 13:04

ITS Akan Jalin Kerjasama dengan Perusahaan KA Prancis

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ketua panitia seminar sekaligus Kepala Laboratorium Transportasi Teknik Sipil ITS, Ir Ervina Ahyudanari ME, mengatakan, penandatanganan kerjasama itu berkait dengan rencana SNCF dalam melakukan studi kelayakan atas keinginan mereka memberikan  alternatif transportasi di Surabaya dan sekitarnya di bidang kereta api. ”Tentu saja MoU yang akan ditandatanganinya itu bukan hanya sebatas pada jurusan teknik sipil dan laboratorium transportasi, tapi ITS secara keseluruhan,” katanya.

Ini mengingat, katanya menambahkan, persoalan perkeretaapian akan menyangut berbagai bidang disiplin ilmu, mulai dari elektro, mesin, teknologi informasi dan lainnya. ”Artinya yang akan terlibat dalam studi kelayakan itu dari berbagai bidang, karena jika memang dalam studi kelayakan dihasilkan rekomendasi tentang kemungkinan penggunaan transpotasi di Surabaya berbasis rel, maka realisasinya akan melibatkan semua bidang disiplin ilmu yang ada di ITS,” katanya.

Ervina menjelaskan, seminar yang akan digelar Kamis mendatang itu merupakan kerja sama antara Alumni Mahasiswa Indonesia-Prancis di Jawa Timur (AEIF), Pusat Kebudayaan Perancis Surabaya (CCCL), Jurusan Teknik Sipil dan  Himpunan Mahasiswa Sipil serta SNCF. ”Tujuannya sendiri untuk mensosialisasikan sebuah rencana studi kelayakan yang akan dilakukan oleh SNCF didalam mengembangkan sistem transportasi kereta api di Surabaya dan sekitarnya kepada masyarakat, anggota dewan baik Surabaya maupun propinisi. Ini merupakan proyek percontohan yang hasilnya bisa dikembangkan daerah lain di Indonesia,” katanya.

Diungkapkannya, dalam seminar itu sedikitnya ada enam pembicara diantaranya Ir Soemino Eko Sapoetro, Direktur Perkeretaapian Indonesia, Ir Ronny Wahyudi, Presiden Direktur PT Kereta Api Indonesia, dua pakar dari SNCF Prancis masing-masing Pascal Gauthier dan Eric Dussiot. “Dua pakar Perancis akan memaparkan tentang keberhasilan sistem perkeretaapian di Perancis serta membicarakan integrasi antar moda yang memang harus dilakukan didalam menata transportasi kereta api,” katanya.

Ervina mengatakan, jika rencana studi kelayakan mendapatkan lampu hijau untuk dilakukan, diperkirakan akan memakan waktu delapan sampai sembilan bulan. “Ini berkait pula dengan kajian-kajian tentang integrasi moda transportasi yang memang diperlukan dari stasiun kereta api ke terminal dan sebaliknya,” katanya.

Mengenai mengapa Surabaya yang dijadikan proyek percontohan pengembangan sistem transportasi kereta api di Indonesia oleh pihak pengembang Prancis, Ervina menjelaskan, sesungguhnya pertama kali yang ditawarkan Jakarta, tapi karena lama tidak ada respon akhirnya pilihannya jatuh ke Surabaya. ”Kebetulan orang-orang Surabaya termasuk perguruan tingginya lebih dnamis dan segera merespon, maka jadilah seminar  dan kerjasama SNCF dilakukan oleh ITS,” katanya. (Humas/asa)

Berita Terkait