ITS News

Minggu, 29 September 2024
18 Mei 2006, 19:05

ITS Jawab Masalah Sanitasi Lewat Sewer System And Process

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Seringkali limbah yang berasal dari rumah tangga maupun aktivitas industri menjadi masalah tersendiri bagi stabilitas lingkungan. Hampir 60 % limbah dihasilkan oleh aktivitas domestik, rumah tangga. Tentu hal ini akan terus meningkat seiring dengan tidak adanya pengawasan dari pemerintah melalui undang-undang yang mengikat.

Untuk itu melalui seminar ini, ITS mencoba memberi jawaban dengan mengaplikasikan metode sewer system. Dipaparkan mengenai mekanisme oleh pakar lingkungan asal UTM, Prof Dr Ir Zaini Ujang dalam seminar ini, metode yang menggunakan saluran peripipaan sebagai saluran pembuangan limbah domestik ini mampu bekerja sangat efektif dalam mengolah hingga layak untuk disalurkan ke pembuangan, sungai.

“Sistem perpipaan ini atau disebut juga dengan sewer system ini banyak memiliki keunggulan, utamanya dalam menjaga sanitasi, selain itu hasil pengolahannya juga dapat dimanfaatkan lagi dalam kehidupan sehari-hari seperti, menyiram tanaman,” tambah Adhi Yuniarta ST MT, selaku ketua panitia.

Selain dapat dimanfaatkan untuk aktivitas sehari-hari, sewer system ini juga dapat menghindari bibit penyakit di sekitar pemukiman yang disebabkan sanitasi. Tak kalah pentingnya dalam menjaga kualitas air tanah, sistem ini juga dapat dimanfaatkan untuk menghindari pencemaran air tanah yang sering digunakan kebanyakan orang.

“Hal ini tidak lain karena adanya sistem saluran melalui perpipaan dalam menampung limbah domestik yaitu limbah rumah tangga dan pada akhirnya limbah ini tidak mencemari sanitasi, salah satunya air tanah atau air sumur,” jelas Adhi yang juga dosen Teknik Lingkungan ITS.

Keberadaan sewer system bukan hal baru, melainkan metode ini telah lama digunakan di beberapa daerah yang telah mapan manajemen sanitasinya. “Untuk skala kota seperti yang sudah ada di Jogjakarta, Solo, dan Bandung, ketiganya telah lama ada sejak zaman kolonial, kalo Surabaya baru sampai skala perumahan dan kebanyakan perumahan mewah seperti Pakuwon dan Laguna,” tutur Adhi.

Tidak sedikit biaya yang digunakan untuk memanfaatkan sewer system, hal ini sekaligus menjadi hambatan untuk bisa mengaplikasikannya dalam permukiman masyarakat luas. Kenyataan ini juga didukung dengan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan.

“Kebayakan orang masih berpikiran, masak untuk buang kotoran aja pake bayar, lawong untuk makan aja masih susah,” ungkap Adhi.

Sekitar seratus peserta yang terdiri dari perwakilan Bappedal daerah, badan perencanaan dan pemukiman, peneliti, dan mahasiswa baik program S1 maupun S2 asal UII, UGM, Unibraw, dan ITB memenuhi ruang sidang rektorat lantai 1. Mereka tampak paham tentang pemaparan yang disampaikan meskipun dengan bahasa Inggris, tak sedikit diantaranya yang berinteraktif dengan tanya jawab.

Dalam hari yang sama, bertempat di ruang sidang Teknik Lingkungan ITS juga diadakan workshop dengan judul ‘water quality modeling’. Dijadwalkan workshop ini berjalan selama tiga hari berturut (17-20/05). Tampil sebagai pengisi acara berasal dari UTM yang tergabung dalam Institut Pengolahan Alam Sekitar dan Sumber Air (IPASA) sebanyak enam orang dengan pimpinan Prof Dr Ir Zaini Ujang.

Kedua acara ini terselenggara atas kerja sama yang dijalin oleh Teknik Lingkungan ITS dengan IPASS-UTM. Kerja sama itu terjalin sejak tahun 1999 yang aplikasinya berupa acara ilmiah seperti seminar nasional, workshop, dan diskusi ilmiah.

“Kerja sama itu kurang lebih sudah tujuh tahun sejak 1999, dan dalam kerja sama itu kita juga mengadakan kegiatan berkelanjutan dengan IPASA-UTM, seminar, pertukaran pelajar, penilitian, dan yang pasti untuk mendukung kegiatan keilmuan,” jelas ketua jurusan Teknik Lingkungan ITS. (han)

   

 
 
 

Berita Terkait