ITS News

Sabtu, 28 September 2024
05 Juli 2006, 14:07

Terima 3 Korban Gempa Lewat PMDK Berbeasiswa

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Ketiga mahasiswa yang diterima tersebut berasal dari tiga SMA berbeda. Masing-masing Efi Ariyanta Wibawa, dari SMA Negeri 1 Bantul yang memilih Jurusan Teknik Kelautan, Rusdi Arif Darmawan dari SMA Negeri 3 Bantul dan Iksa Rahayu dari SMA Negeri 1 Pundong, Bantul, keduanya memilih Jurusan Matematika.

Kamis (6/7) pagi, ketiga mahasiswa asal Bantul itu bersama ratusan mahasiswa ITS yang diterima melalui jalur PMDK Reguler, Berprestasi dan Berbeasiswa melakukan pendaftaran ulang di Gedung Student Centre ITS. ”Kami tidak mengira di tengah kepedihan dan musibah yang kami derita masih ada perguruan tingi yang mau peduli memperhatikan nasib kami,” kata Efi Ariyanta Wibawa.

Diungkapkannya, ia dan keluarga serta rumahnya di Bantul memang telah rata dengan tanah akibat gempa. Karena itu meski awalnya merencanakan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, ia pun mengurungkan niatnya. ”Setelah ujian saya memang telah merencanakan ingin melanjutkan ke perguruan tinggi di Solo. Tapi saat menunggu hasil ujian dan tiba-tiba terkena gempa, niat tadi saya urungkan. Bagimana tidak, kondisi rumah kami habis tidak tersisa, kehidupan sehari-hari pun belum pulih, jadi tidak mungkin saya untuk memilikirkan melanjutkan kuliah,” katanya.

Efi tak lupa bersyukur karena dirinya selamat dari gempa karena saat itu ia berada di luar rumah untuk bersiap-siap mandi. ”Kebetulan kamar mandi saya berada di luar rumah dan hanya beratap seadanya, sehingga ketika gempa saya langsung loncar keluar untuk menyelematkan diri. Kami bersyukur semua keluarga selamat meski rumah kami rata dengan tanah,” kata anak pertama dari tiga bersaudara kelahiran, Bantul, 3 September 1987.

Lain lagi kisah Iksa Rahayu. Dalam peristiwa gempa itu, kakeknya meninggal karena tertimpa bangunan rumah. ”Saya tinggal bersama kakek dan nenek. Pagi itu saya rutin menyapu di halaman, sedang nenek ikut membantu membuang sampah. Tapi kakek kebetulan berada di dalam rumah dan tidak tertolong. Kakek saya baru bisa dievakuasi setelah Magrib pada hari itu,” kata anak pertama dari empat bersaudara kelahiran Musi Banyuasin, 21 Januari 1988.

Kisah tragisnya gempa itu juga diungkapkan Rusdi. Anak kedua dari tiga bersaudara kelahiran Bantul, 20 Januari 1988 ini menceritakan bahwa saat terjadi gempa ia memang masih tidur. Di tengah tidurnya itulah ia merasakan ada getaran yang luar biasa kuat hingga ia terbangun dan kemudian lari ke halaman rumah. ”Untung saya cepat bangun dan berusaha lari ke luar rumah. Saat sampai di halaman saya menyaksikan rumah-rumah tetangga sudah rata dengan tanah, dan saya pun bersyukur bisa selamat,” katanya.

Baik Efi, Rusdi maupun Iksa, sebenarnya tidak terpikir untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggsetelah kondisi rumah dan kampung halamannya terkena gempa. ”Untuk memikirkan hidup seperti sediakala saja kami masih sulit, karena itu tidak terpikir sedikit pun setelah kejadian gempa bumi itu kami akan kuliah. Tapi di tengah ketidakmungkinan itu, ITS telah memberikan bantuan dan fasilitas yang tidak kami duga sebelumnya. Sungguh kami seolah-olah sedang bermimpi,” kata Iksa.

Diungkapkan mereka bertiga, proses untuk diterima menjadi mahasiswa ITS lewat jalur PMDK berbeasiswa pun begitu cepat. ”Memang saat itu proses pendaftaran sudah ditutup dan bahkan pengumuman mereka yang telah diterima juga sudah dilakukan. Kami hanya diminta untuk menghadap ke pimpinan ITS, kemudian diberitahukan dapat memilih jurusan yang diminati,” kata Rusdi mengungkapkan.

Seperti diberitakan sebelumnya, ITS memang telah mengambil kebijakan untuk membebaskan SPP semester ganjil bagi mahasiswa ITS yang orang tua dan keluarganya menjadi korban gempa. Selain itu, ITS telah memberangkatkan para dosen, mahasiswa dan tukang ke lokasi bencana. (Humas/ftr)

Berita Terkait