ITS News

Minggu, 29 September 2024
25 Juli 2006, 20:07

Seminar Nasional, Sorot Masalah Sampah dan Pencemaran

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Seminar nasional ini diadakan Selasa (25/7), bertempat di ruang Sidang Teknik Lingkungan FTSP. Dalam sambutannya Ketua Jurusan Teknik Lingkungan, Ir. Agus Slamet, MSc., menyebutkan bahwa acara ini diagendakan dalam rangka menyambut hari jadi ITS. ”Namun, untuk menanggulangi agar tidak bentrok dengan acara lain maka waktu pelaksanaannya kami majukan menjadi akhir Juli," tuturnya dalam sela-sela sambutan.

Diskusi ini menghadirkan tiga pembicara utama yang terdiri dari Prof. Dr. Enri Damanhuri dari ITB, Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, kepala pusat penelitian Biokonversi Lembaga Penelitian Unibraw, dan Mas Agus Mardyanto, Ph.D., Koordinator Program Studi Pascasarjana Teknik Lingkungan ITS.

Prof. Enri sebagai pembicara pertama menyampaikan makalah dengan topik ”Perolehan Kembali Materi Energi dari Sampah.” Yang menjadi sorotan pada makalah ini adalah mengenai pengelolaan sampah pada masyarakat perkotaan yang semakin kompleks sejalan dengan kekomplekan masyarakat itu sendiri.

Intinya, konsep daur ulang sampah, yang meliputi Reduce-Reuse-Recycling (R3), termasuk recovery energi dan bahan, merupakan salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan dalam rangka pemanfaatan nilai ekonomis yang terkandung di dalam sampah. Sehingga keseluruhan proses dapat meliputi perlindungan kesehatan masyarakat, pelestarian lingkungan hidup, dan juga pertimbangan nilai estetika dan ekonomi.

Berbeda dengan pemakalah pertama yang mengupas mengenai komposing dan biogasing dari senyawa yang bersifat biodegradable. Prof. Chandrawati mengemukakan apa yang disebutnya ”Senyawa Recalcitrant” atau ”Senyawa bandel”.

Senyawa ini, tutur Chandrawati pada umumnya berupa senyawa buatan yang tidak dikenal oleh alam sehingga microba tidak mampu mencernanya. Selain itu, karena sifatnya tidak larut dalam air, sehingga ia terpisah dari lingkungannya dan bahayanya, masuk ke dalam rantai makanan.

”Seperti pada kasus Minamata di Jepang, itu semua bermula dari endapan merkuri di dasar laut yang akhirnya sampai ke rantai makanan manusia. Dan kita, tidak bisa menyalahkan perusahaan yang menghasilkan limbah merkuri. Lha wong tidak ada bukti dan historynya bahwa merkuri di dasar laut itu limbah mereka. Inilah yang dinamakan pencemaran akumulatif.”, jelas Kapuslit Biokonversi Unibraw ini.

Pencemaran akumulatif ini hanya bisa ditanggulangi dengan kejelasan history pemakaian tanah maupun lahan oleh pabrik dan industri penghasil limbah berat. ”Jadi harus ada data pendukung yang konkrit, seperti sejarah pemakaian dan karakteristik lahan. Jangan seperti kasus LAPINDO kemarin, banyak ahli yang sekedar berkomentar, tanpa disertai data dan riset yang jelas,” tambahnya.

Melanjutkan presentasi kedua pendahulunya, Agus Mardiyanto mengangkat tema ”Pemodelan Aliran Tanah dan Transport Polutan pada suatu akifer.” Inti dari presentasinya adalah mengenai peningkatan kebutuhan masyarakat akan air bersih.

”Kalau Prof. Chandrawati mengemukakan strategi pembersihan air tanah dengan menetapkan zona Dense Non Aqueous Phase Liquids (DNAPLs) sebagai kawasan tanah yang banyak mengandung senyawa kimia berbahaya, maka yang akan saya kupas kali ini adalah mengenai pemodelan air tanah dengan menggunakan model matematik.”, jelas dosen TL-ITS ini. (m2/rif)

Berita Terkait