Kampus ITS, ITS News — Sejak hadir di tahun 1977, keberadaan pesantren Indonesia dinilai mengalami peningkatan yang signifikan. Mengingat peran penting pesantren dalam menyejahterakan masyarakat, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kenalkan Program One Pesantren One Product (OPOP).
Dalam diskusi bertajuk Green Economic Membangun Daya Saing Berbasis Energi dan Industri Ramah Lingkungan Provinsi Jawa Timur itu, ITS menggandeng Sekretaris OPOP, Mohammad Ghofirin.
Bertempat di Oakwood Hotel & Residence, Ghofirin menjelaskan, total pesantren di Provinsi Jawa Timur berjumlah lebih dari 6.000, dengan 4.450 pesantren telah memiliki Nomor Statistik Pondok Pesantren (NSPP) dengan total santri mukim sebanyak 320.000 lebih. “Bahkan jumlah santri di Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Situbondo melebihi 12.000,” imbuhnya.
Ghofirin, sapaan akrabnya, juga memaparkan bahwa pesantren di Provinsi Jawa Timur telah mandiri dari segi mewadahi kebutuhan santri, tetapi masih belum mengembangkan potensi santri untuk kesejahteraan masyarakat. “Maka dari itu, Provinsi Jawa Timur mencanangkan sebuah program untuk mewadahi persoalan ini,” jelasnya.
Pria yang sedang menjabat sebagai Sekretaris Program OPOP Provinsi Jawa Timur ini menguraikan, bahwa OPOP adalah program yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan berbasis pesantren melalui pemberdayaan santri, pengurus pesantren, dan alumni. “Kita berusaha untuk memanfaatkan potensi pesantren yang belum digunakan dengan maksimal,” urainya.
Program yang baru diresmikan pada tanggal 7 Agustus 2019 ini, memiliki tiga pilar yang merupakan fokus utama untuk mengembangkan pesantren yang ada di Jawa Timur. Pilar yang pertama adalah santripreneur yang bertujuan untuk menumbuhkan bakat santri dalam membuat produk yang sesuai syariat dan memberi keuntungan. “Intinya kami berharap para santri memiliki jiwa wirausaha,” tegas Ghofirin.
Pilar yang kedua adalah pesantrenpreneur, yaitu program pemberdayaan ekonomi pesantren melalui koperasi pesantren yang menghasilkan produk halal dan dapat diterima di masyarakat. Salah satu program dari pilar ini adalah memberi pelatihan tata kelola kelembagaan koperasi pondok pesantren. “Kami juga akan memberi pelatihan mengenai bisnis koperasi dalam rangka pengembangan usaha,” ucap Ghofirin.
Dan pilar yang terakhir adalah sociopreneur yang bertujuan untuk mengembangkan potensi alumni pesantren dan bersinergi dengan masyarakat. Potensi yang dikembangkan adalah inovasi sosial berbasis digital secara inklusif.
Terakhir, Ghofirin berharap dengan adanya Program OPOP ini dapat mengembangkan potensi pesantren di Jawa Timur dalam segi kewirausahaan dan ekonomi masyarakat di daerahnya. “Target kami pada tahun 2023 dapat mencetak 1.000 produk unggulan dari kalangan pesantren,” pungkasnya. (sen/hen)
Kampus ITS, ITS News — Tak hanya berkomitmen untuk senantiasa menghadirkan inovasi mutakhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) juga
Kampus ITS, ITS News — Tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan aplikasi Kinderfin, untuk meningkatkan
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan atas inovasi anak bangsa, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus memperkuat nilai-nilai toleransi dan harmoni di tengah keberagaman