ITS News

Sabtu, 28 September 2024
09 Desember 2019, 11:12

ITS Dorong Kembangkan Alat Pemotong Anjungan Lepas Pantai

Oleh : itsjev | | Source : ITS Online

Gunawan Raharjo Muktiwibowo bersama dosen Departemen Teknik Mesin. Ir Julendra Bambang Ariatedja MT

Kampus ITS, ITS News — Proses pembongkaran anjungan lepas pantai atau offshore platform, tak lepas dari peran alat pemotong bernama subsea cutting. Mengingat pentingnya peran alat tersebut, Gunawan Raharjo Muktiwibowo dorong Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk kembangkan alat pemotong anjungan lepas pantai agar memudahkan dan mengefisienkan proses pembongkaran serta harga yang murah.

Ahli Lepas Pantai dan Dasar Laut Proserv ini menjelaskan, anjungan lepas pantai merupakan struktur atau bangunan yang dibangun di lepas pantai untuk mendukung proses eksplorasi atau eksploitasi minyak dan gas bumi. Sayangnya, anjungan ini harus segera dibongkar apabila sudah tidak beroperasi. “Rata-rata usia anjungan yang tidak beroperasi lebih dari 20 tahun,” ujarnya.

Sebagaimana yang dipaparkan Gunawan, alat pemotong memegang fungsi utama dalam pembongkaran anjungan. Karena dalam pembongkaran, terdapat bagian yang harus dipotong. Bagian tersebut berada di dasar laut. “Saya menawarkan sebuah tantangan kepada kampus di Indonesia untuk membuat alat pemotong tersebut,” lanjut alumnus Departemen Teknik Mesin tersebut.

Gunawan percaya bahwa kampus sebagai pusat penelitian mampu membuat mesin pemotong anjungan lepas pantai, khususnya bagi mahasiswa Departemen Teknik Mesin. “Adik-adik harus berpikir bagaimana cara membuat alat pemotong yang excellent, multifungsi, tetapi murah,” kata Praktisi Teknologi Digital di Hulu Migas tersebut.

Gunawan Raharjo Muktiwibowo ketika menyampaikan kuliah tamu

Selain itu, spesialis pengembangan bisnis ini memaparkan keuntungan yang bisa didapatkan melalui pembuatan dan pengembangan alat pemotong untuk membongkar sumur anjungan. Menurut Gunawan, biaya pembongkaran satu sumur berkisar enam miliar rupiah. Sedangkan untuk keseluruhan mencapai 12 triliun rupiah. “Dengan mengembangkan alat pemotong anjungan, keuntungan yang bisa didapatkan kampus sangat besar,” ungkapnya.

Pria yang memiliki pengalaman lebih dari 19 tahun dalam dunia migas itu juga berpesan untuk menggandeng pihak swasta, operator migas, dan distributor bisnis dalam pengembangan alat tersebut. “Saya yakin bahwa ITS mampu mendanai biaya pembuatan alat pemotong tersebut,” tegasnya.

Tak lupa, pria yang juga andil dalam proyek migas di wilayah Natuna ini menyampaikan, elemen paling penting dari pembuatan alat pemotong adalah memperhatikan tekanan dengan sudut yang baik. Hal ini bertujuan agar sumur bisa terpotong sempurna. “Itu ilmunya anak mesin dan mainannya anak ITS,” pungkas Gunawan. (jev/qin)

Berita Terkait