ITS News

Sabtu, 28 September 2024
22 Agustus 2006, 07:08

Rektor ITS: Jangan Menganggap ITS Sebagai Tukang Jahit

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

”Jangan mengangap ITS sebagai tailor (tukang jahit, red),” tegas Mohammad Nuh dihadapan orang tua mahasiswa baru, di Graha ITS, Senin (21/8) siang. Hal itu, kata Nuh menambahkan, akan terjadi bila orang tua mahasiswa datang ke ITS hanya dengan menitipkan bahan, dalam hal ini mahasiswa, lalu menyerahkan ongkos dan 4-5 tahun lagi datang untuk mengambil putra-putrinya yang lulus.

Jika ITS diposisikan seperti itu, Nuh mengatakan, ITS akan mengembalikan uang yang telah dibayarkan dan meminta orang tua segera membawa kembali pulang. ”Pendidikan putra-putri bapak ibu tidak bisa sepenuhnya dserahkan pada ITS, tapi keluarga terutama orang tua juga memiliki peran yang besar. ITS hanya menerima amanah, tapi tanggung jawab hakekatnya ada pada bapak-ibu,” katanya.

Maka, menurut Nuh, dalam pertemuan ini dapat menjadi awal transaksi serah terima amanah dari orang tua ke ITS untuk mendidik putra-putrinya. ”Kita menyadari untuk mendidik putra-putri tidak dapat dilakukan orang tua sendiri. Untuk itu ITS bertekad untuk ikut membantu proses pendidikan itu,” katanya.

Dalam kesempatannya Nuh juga menyampaikan beberapa lompatan ITS dalam proses pendidikan yang lebih baik. ”Mulai tahun ini kita membekali putra-putri bapak ibu sekalian dengan training ESQ dan training kepribadian. ITS menyadari selain ranah akademis, manusia juga memiliki ranah moral dan etika. Dan Its adalah perguruan tinggi yang pertama kali menerapkan ini,” ungkap Nuh disambut tepuk tangan orang tua mahasiswa baru.

Semangat memberi
Dengan guyonan khasnya, Nuh juga menyampaikan beberapa program yang kini sedang di jalankan di ITS. Berkait dengan penerimaan mahasiswa baru melalui jalur PMDK Berbeasiswa, misalnya, Nuh mengajak para orang tua untuk punya semangat memberi sebagai orang tua asuh bagi sekitar 97 mahasiswa PMDK Berbeasiswa yang membutuhkan biaya hidup tiap bulannya sebesar Rp 500 ribu.

“Tahun ini ada 50 mahasiswa baru dari program PMDK Berbeasiswa. ITS telah membebaskan mereka dari segala bentuk biaya hingga 5 tahun. Tapi persoalannya bagaimana dengan biaya hidup mereka. Kami telah menghitung untuk bisa hidup di Surabaya sebagai mahasiswa ITS dibutuhkan sebesar Rp 500 ribu perbulan perorang, karena itu kami mengundang bagi mereka yang ingin menjadi orang tua asuh atau membiayai kebutuhan itu bisa menyampaikannya kepada ITS,” katanya.

Untuk mengetuk para orang tua mahasiswa baru, rektor pun mengundang para orang tua yang putra-putrinya diterima melalui jalur PMDK Berbeasiswa ke atas mimbar, mereka dimintai pendapat dan perasaannya setelah putra-putrinya diterima menjadi mahasiswa ITS. ”Kami sangat berterima kasih, karena sebagai penjual bakso tidak terpikir untuk bisa menyekolahkan anak saya ke ITS. Mudah-mudahan anak saya bisa mengubah dan mengangkat derajat keluarga dan masyarakat,” kata orang tua asal Gresik yang putranya diterima di Jurusan Informatika.

Dalam dialog yang langsung dipandu Rektor ITS itu, suasana tawa dan haru pun merebak. Betapa tidak, dengan joke-joke-nya yang segar, Mohammad Nuh berhasil mengajak para orang tua untuk tertawa, tapi sesekali para orang tua pun diajak untuk menyadari posisi mereka masing-masing. Beberapa orang tua yang duduk di bagian depan misalnya, sesekali terlihat mengusap air matanya ketika ditunjukkan bahwa para orangtua mahasiswa dari Program PMDK Berbeasiswa datang dari berbagai jenis pekerjaan yang rasanya tidak mungkin untuk memasukkan putranya di ITS. Mereka ada yang bekerja sebagai kuli bangunan, nelayan lepas, petani penggarap dan sektor-sektor informal lainnya.

”Ini adalah fakta sosial yang ada di masyarakat, dan tidak bisa kita pungkiri. Nah ITS berkeinginan memotong mata rantai kemiskinan dengan cara memberikan PMDK Berbeasiswa. Kami mengundang para orang tua mahasiswa yang berkemampuan untuk bersama-sama meringankan saudara-saudara kita ini,” katanya.

Dijelaskan Mohammad Nuh, sebaiknya jika kita berhadapan dengan fakta sosial seperti ini, hendaknya akal ditaruh di belakang dan mengedepankan perasaan. ”Karena jika tidak maka yang muncul adalah ungkapan seperti siapa suruh jadi orang berkekurangan. Tapi jika perasaan yang dikedepankan, maka yang muncul adalah semangat untuk memberi dan memberi,” katanya.

Mengingat banyaknya orang tua yang hadir. Pertemuan dengan para orang tua mahasiswa baru itu dibagi dalam dua gelombang. Sedang materi yang disampaikan selain beberapa penjelasan dari ikatan orang tua mahasiswa juga disampaikan penyuluhan dan pemaparan tentang bahaya narkoba oleh jajaran kepolisian. Tujuannya, agar para orang tua mengetahui bahaya dan akibat dari narkoba dan tidak melanda putra-putri mereka. (asa)

Berita Terkait