ITS News

Jumat, 27 September 2024
12 Februari 2020, 20:02

Mahasiswa ITS Jawab Permasalahan Masyarakat Gondang Melalui Kuliah Lapangan

Oleh : itszar | | Source : ITS Online

Agus Ryan pengurus Banyu Kuning (kiri) dengan Bahtiar Nitura (Ketua Kuliah Lapangan Terpadu 2019) Mahasiswa Teknik Geofisika ITS 2016 (kanan)

Kampus ITS, ITS News – Pengabdian Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kepada masyarakat seakan tidak pernah habis. Kali ini melalui kuliah lapangan berbasis pengabdian masyarakat yang digarap oleh seluruh mahasiswa Departemen Teknik Geofisika ITS angkatan 2016. Mereka menjawab kekhawatiran masyarakat sekitar dengan melakukan penelitian untuk mengidentifikasi panas bumi yang ada di daerah Gondang, Bojonegoro.

Kegiatan ini berlangsung selama sepuluh hari terhitung mulai Senin (9/2). Bersama dengan Mariyanto MT dan Wien Lestari ST MT selaku dosen pendamping, beberapa mahasiswa turut menentukan lokasi penelitian tepatnya di lereng utara Gunung Pandan. Gunung ini dipilih karena memiliki beberapa manifestasi panas bumi berupa air panas di Selo Gajah dan Banyu Kuning serta fenomena lumpur di Dusun Jari.

Kegiatan Mahasiswa Teknik Geofisika angkatan 2016 saat melakukan penelitian mencari panas bumi di daerah sekitar Gondang Bojonegoro

Shofi Iqtina Hawan, salah satu mahasiswa yang melakukan penelitian ini menjelaskan, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi seberapa besar potensi panas bumi yang ada di tempat-tempat yang sudah ditentukan. “Penelitian ini salah satunya dilakukan agar masyarakat lebih mengerti apakah ada potensi panas bumi yang membahayakan di sumber air panas” ujar mahasiswa yang akrab disapa Shofi ini.

Selain itu, penelitian ini juga difokuskan untuk membantu menjawab keresahan masyarakat akibat adanya fenomena semburan lumpur yang terkadang muncul dan terkadang hilang. “Setelah diselidiki dengan beberapa metode yang digunakan, ternyata lumpur tersebut tidak membahayakan,” terang gadis kelahiran Tegal ini.

Lebih lanjut, rekan sesama mahasiswa geofisika, Bagoes Idcha Mawardi memaparkan ada tujuh metode geofisika yang digunakan selama proses penelitian. Tujuh metode yang digunakan itu diantaranya adalah Metode Gaya Berat, Magnetik, Magnetotelurik, Seismik, Mikrotremor, Very-Low Frequency, dan Geolistrik Tahanan Jenis.

Metode yang digunakan juga berbeda-beda tergantung pada kebutuhan saat akan mengidentifikasi sesuatu serta kondisi langsung di lapangan. Salah satu contohnya pada metode gaya berat, metode ini bergantung pada massa jenis di bawah permukaan. Besarnya massa jenis bisa berbeda-beda tergantung kondisinya. Begitu juga metode magnetik yang banyak dipengaruhi oleh sifat kemagnetan pada batuan.

“Integrasi dari ketujuh metode tersebut akan menghasilkan gambaran mengenai kondisi bawah permukaan yang selanjutnya divalidasi dengan hasil pemetaan geologi di kawasan penelitian,” papar lelaki yang akrab disapa Bagoes ini.

Triguno Sujono Prio Ketua Camat Gondang, Bojonegoro (kiri) dengan Bahtiar Nitura (Ketua Kuliah Lapangan Terpadu 2019) Mahasiswa Teknik Geofisika ITS 2016 (kanan)

Hasil dari penelitian ini nantinya akan digunakan sebagai landasan ilmiah untuk pengembangan kawasan penelitian dari segi wisata dan mitigasi bencana. Kabupaten Bojonegoro sendiri dicanangkan untuk menjadi geopark dengan total 21 situs geologi yang sedang dikembangkan.

Shofi menambahkan, dari segi mitigasi bencana, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjawab kekhawatiran masyarakat sekitar terhadap fenomena lumpur yang kerap terjadi. “Begitu juga dengan penjelasan potensi bencana yang mungkin disebabkan oleh patahan di bagian utara Gunung Pandan,” tambah gadis 21 tahun ini.

Selama proyek penelitian berlangsung, kedua mahasiswa ini mengaku merasakan antusiasme dan dukungan masyarakat sekitar yang sangat tinggi. “Harapannya, penelitian ini bisa menjadi bentuk kontribusi kami sebagai akademisi sekaligus acuan bagi pemerintah setempat agar lebih mudah dan terstruktur dalam menangani masalah yang serupa nantinya,” pungkas Shofi. (zar/lut)

Berita Terkait