ITS News

Kamis, 03 Oktober 2024
04 Februari 2020, 15:02

FTIRS Gencarkan Sinergitas Keilmuan Multidisiplin

Oleh : itstri | | Source : ITS Online

Dekan FTIRS, Dr Wawan Aries Widodo ST MT

Kampus ITS, ITS News – Periodisasi kepemimpinan fakultas di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali memasuki babak baru. Salah satunya ditandai dengan pengangkatan Dr Wawan Aries Widodo ST MT menjadi Dekan Fakultas Teknologi Industri dan Rekayasa Sistem (FTIRS) periode 2020-2024. Pada periode ini, Dosen Departemen Teknik Mesin ITS tersebut siap menggencarkan sinergitas lima departemen di FTIRS.

Dosen yang kerap disapa Wawan ini mengungkapkan, titel baru yang dimiliki Fakultas Teknologi Industri (FTI) bukanlah tanpa alasan. Penambahan kata “Rekayasa Sistem” dibuat sesuai pandangan Rektor ITS, Prof Dr Ir Mochamad Ashari M Eng yang menginginkan kekuatan sisi rekayasa sistem bagi rumpun ilmu di FTI. “Rekayasa sistem ini merupakan gabungan multidisiplin bidang engineering dan engineering management,” terangnya.

Wawan mengungkapkan, bidang engineering mewakili sisi fundamental yang terlingkupi dalam empat departemen FTIRS yaitu Departemen Teknik Mesin, Departemen Teknik Fisika, Departemen Teknik Kimia, serta Departemen Teknik Material dan Metalurgi. Sementara Departemen Teknik dan Sistem Industri mewakili bidang engineering management. “Dalam hal ini, FTIRS bekerja sama bagaimana agar sisi fundamental tersebut dapat berguna untuk membangun sebuah sistem yang lebih besar,” jelas Wawan.

Alumni Departemen Teknik Mesin ITS tersebut mencontohkan kerja sama kelima departemen tersebut pada industri pembangkit listrik. Melihat dari sisi pembangkitan listrik, disinilah ranah Teknik Mesin. Untuk seleksi material yang digunakan, disinilah Teknik Material dan Metalurgi bekerja. Tatkala demikian, dalam proses pembangkitan tersebut dapat merujuk pada masalah lingkungan yang dituntaskan Teknik Kimia.

Lebih lanjut, Wawan menerangkan bahwa digitalisasi pembangkit listrik yang menggunakan instrumen merupakan bidang kerja Teknik Fisika. Selain keempat aspek tersebut, dalam industri pembangkit listrik dibutuhkan sebuah sistem untuk pemeliharaan alat yang memperhitungkan keilmuan yang lebih kompleks. “Disinilah engineering management digandeng untuk pemenuhan rantai pasok komponen pendukung pembangkit listrik,” tuturnya.

Merujuk pada tiga komponen Tri Dharma Perguruan Tinggi, purna Sekretaris Departemen Teknik Mesin ITS tersebut berujar, FTIRS berupaya untuk mengimplementasikannya. Dalam komponen pengajaran, kemungkinan dapat dijadikan adanya kurikulum yang bisa mendorong agar mahasiswa FTIRS memiliki pemikiran yang lebih besar. “Contohnya, penyisipan mata kuliah pilihan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang selalu dibutuhkan baik dalam industri proses maupun non-proses,” imbuhnya.

Terkait dengan komponen penelitian, menurut Wawan adalah sesuatu yang berkelanjutan. Ia berusaha meletakkan basis pemikiran bahwa FTIRS harus bersinergi. Lebih jelasnya, FTIRS dapat beracuan pada kelima bidang Science Techno Park (STP) yang dimiliki ITS. “Nantinya akan coba diarahkan, sekiranya teman-teman FTIRS dapat lebih menjurus ke bidang yang sesuai dengan kemampuannya,” ujar Dosen pengampu Laboratorium Mekanika dan Mesin Fluida tersebut.

Sementara itu, lanjut Wawan pada komponen pengabdian masyarakat, mahasiswa FTIRS dapat melihat sesuatu yang bisa diperbaiki dalam sentra industri sesuai keilmuan masing-masing. Ketika mahasiswa sudah menemukan fakta di lapangan, nantinya akan berhimpun di bawah supervisi dosen untuk menindaklanjuti. “Kemudian diadakan diskusi dengan pelaku bisnis dalam rangka membantu pembuatan standarisasi produk yang konsisten,” tegas Wawan.

Tak hanya menyoal akademik, menurut Wawan, multidisiplin ilmu juga harus ditekankan dalam setiap kegiatan mahasiswa maupun Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas.  Salah satu cara yang dapat dilakukan FTIRS adalah mencoba membangun kekuatan setiap departemen untuk terlibat dalam aktivitas lomba. “Misalnya dalam bidang olahraga, kami bertindak untuk membiayai kegiatan mereka tersebut,” gumamnya.

Dalam menyikapi upaya sinergitas dalam FTIRS, Wawan berpendapat, diperlukan adanya social-cohesiveness. social-cohesiveness dapat diartikan dengan terjalinnya silaturahmi dengan erat. “Dengan mempererat silaturahmi antar sivitas akademika FTIRS baik dosen, mahasiswa, maupun tenaga kependidikan pintu komunikasi antar departemen dapat terbuka dengan luas,” pungkasnya. (tri/qin)

 

Berita Terkait