ITS News

Sabtu, 28 September 2024
04 Oktober 2006, 11:10

Bahan Bangunan dari Lumpur Lapindo Aman bagi Kesehatan

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Meski mengandung senyawa phenol, seng, tembaga dan krom, karena tidak langsung kontak fisik dengan manusia, bahan bangunan dari lumpur, aman bagi kesehatan. Hal itu disampaikan Prof Mukono, ahli Kesehatan Masyarakat Unair di seminar nasional Pemanfaatan Lumpur Porong Sidoarjo Sebagai Bahan Bangunan, yang diadakan ITS, Selasa (3/10) siang.

Di seminar itu juga terungkap, sedikitnya ada delapan item bahan bangunan yang bisa dibuat dengan bahan dasar lumpur panas Lapindo. Diantaranya, keramik, campuran beton (geopolimer), pasir multiguna, paving blok, batu bata, beton, genteng , dan paving.

Namun, Mukono mengingatkan, para produsen atau pembuat bahan bangunan berbahan lumpur Lapindo, sebaiknya menggunakan pengaman, seperti masker, sarung tangan dan sepatu boot. Karena, mereka langsung bersentuhan dengan lumpur yang mengandung senyawa kimia.

Selain aman bagi kesehatan, seminar yang dihadiri pula oleh Dirjen Migas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Luluk Sumiarto, juga menyimpulkan, lumpur Sidoarjo mengandung senyawa mineral yang mirip pozolanik material. Dari hasil uji laboratorium diperoleh bahwa senyawa mineral itu didominasi senyawa kaolinite dan feldspar, namun di beberapa tempat terdapat kandungan phenol yang melebihi baku mutu.

”Menurut Diagram Winkler, lumpur Porong diklasifikasikan ke dalam kelas IV, dimana berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bata berdinding tipis, berongga, keramik dan material bahan bangunan lainnya. Penelitian yang sudah dilakukan oleh Balai Besar Keramik menunjukkan bahwa lumpur tersebut sangat cocok untuk material dasar keramik seperti genteng, bata dan hiasan,” begitu kesimpulan seminar yang dibacakan oleh Prof Triwulan.

Di ITS, tambahnya, telah dimulai beberapa penelitian untuk memanfaatkan lumpur Porong. Yang pertama, pasir multi guna dengan mencampurkan lumpur dengan kapur dan semen yang masih dalam batasan skala laboratorium. Kemudian telah dicoba pula dikembangkan beton geopolimer (beton tanpa semen) dengan bahan dasar lumpur yang dicampurkan dengan fly ash yang diaktifkan dengan berbagai larutan aktifator.

”Hasilnya didapatkan binder atau perekat yang cukup menjanjikan dengan kekuatan yang mendekati campuran semen. Namun, setelah diterapkan pada campuran beton, banyak kendala yang terjadi, sehingga hasilnya tak sesuai dengan campuran bindernya. Untuk itu masih diperlukan penelitian lebih lanjut, agar didapatkan beton geopolimer yang mempunyai sifat mekanik baik,” kata Triwulan.

Selanjutnya penggunaan lumpur Porong sebagai bahan bata dengan menambahkan kapur dan semen (tanpa dibakar). Uji coba di lapangan telah dilakukan dengan melibatkan pengrajin bata lokal. Kendala yang dihadapi, sulitnya pelaksanaannya di lapangan khususnya pada proses pengadukan, jika dibandingkan dengan pembuatan bata biasa.

Triwulan menjelaskan, penelitian-penelitian yang sudah dilakukan masih akan dilanjutkan untuk mendapatkan perilaku mekanik yang baik dan biaya yang ekonomis. Masukan dan saran dari peserta seminar ini sangat besar artinya bagi pengembangan studi lanjutan pemanfaatan lumpur ini sebagai bahan bangunan. ”Tidak tertutup kemungkinan dilakukan kerjasama penelitian dan aplikasi yang melibatkan pengrajin kecil dan menengah serta industri konstruksi serta pemerintah,” kata dosen Teknik Sipil ini.

Usai seminar para peserta diberi kesempatan untuk meninjau rumah contoh yang dibuat di kampus ITS dengan bahan bangunan dari lumpur panas Lapindo. ”Sebagai tahap awal langkah ini cukup memberikan harapan ke depan,” kata Luluk Sumiarto, wakil ketua timnas penanggulangan lumpur Sidoarjo, saat meninjau rumah contoh. (Humas/rin)

Berita Terkait