Saat ini energi menjadi sumber daya strategis dan memiliki arti penting dalam pembangunan berkelanjutan. Begitu juga dalam perekonomian nasional. Energi masih menjadi sumber devisa yang cukup besar. Namun, ironisnya Indonesia yang sesungguhnya memiliki cadangan energi cukup, kini mengalami krisis energi. Hal ini tentu saja memberi dampak negatif bagi pelaku sektor industri.

Pemikiran inilah yang mendasari tema di seminar nasional yang kali pertama diadakan pada tahun 1985 ini. Donny Satria Bhuana ST selaku ketua panitia, menuturkan harapannya. ”Dari berbagai makalah yang masuk harapannya acara ini dapat memfasilitasi ide-ide mengenai energi alternatif dan solusi pemikiran bagi pemerintah dalam menanggulangi krisis energi yang kini sedang dialami," ujarnya.

Selama dua hari, sekitar 98 makalah yang lolos seleksi siap dipresentasikan. Peserta tak hanya berasal dari akademisi, tapi juga diikuti pemakalah dari industri dan lembaga penelitian. ”Pesertanya beragam, dari kalangan akademisi yang 75 persen dari ITS sendiri, kemudian industri seperti PLN dan Semen Gresik. Lainnya dari lembaga penelitian,” ungkap Donny.

Tampil sebagai keynote speaker dalam acara ini adalah pakar energi serta pakar ekonomi asal perancis. Diantaranya, Max Mille, Alain Lepage, dan Pierre Bauquis. Masing-masing membawakan presentasi berjudul The Past of The Earth the Key to Our Future, The Challenges of Deep Offshore for Oil and Gas, dan Macro Energy Economics.

Sementara, harusnya dijadwalkan pula kehadiran Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Purnomo Yusgiantoro. Namun, tanpa alasan yang jelas, mendadak menteri kabinet gotong royong itu tak jadi datang ke ITS. ”Beberapa minggu sebelum acara, kami dari panitia sudah diberi kepastian kedatangan Menteri. Namun, beliau mendadak batal dan digantikan Kepala Bidang ESDM,” konfirmasi Donny yang juga staf pengajar di Teknik Kimia ITS. (han/th@)