ITS News

Sabtu, 28 September 2024
12 Maret 2007, 10:03

Biofuel, Penuh Manfaat

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam rangka memeriahkan 50 tahun jurusan Teknik Mesin ITS, Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM) menggelar seminar Biofuel, Sabtu (10/3). Seminar ini masuk dalam rangkaian acara Pekan Menika yang terselenggara sepekan lalu.

Isu biofuel yang sedang hangat akhir tahun ini, mendorong panitia mengangkat tema tersebut.
"Tanggung jawab kami sebagai mahasiswa yang berurusan dengan energi untuk mengenalkan dan menyebarkan solusi kelangkaan BBM. Salah satunya melalui Biofuel ini," ungkap Nur Kholish, Ketua HMM. Dalam seminar berdurasi tiga jam ini, Prof Djoko Sungkono mengenalkan biofuel dan cakupannya di hadapan ratusan peserta dari berbagi perguruan tinggi dan instansi di Surabaya.

Sebagai salah satu ahli biofuel ITS, Djoko memaparkan, "Biofuel bisa dibuat dari tumbuhan. Contohnya kelapa sawit, ketela dan kopra," katanya. Untuk penerapan di Indonesia, menurut Djoko, ketela cukup berpotensi. Hasil riset dari fermentasi umbi-umbian banyak tersedia di masyarakat. Ketela tersebut dapat berfermentasi cepat, sehingga dapat menghasilkan minyak. Minyak hasil olakan ini bisa digunakan sebagai ganti minyak tanah untuk kebutuhan rumah tangga.

Selain itu, getah jarak juga berpotensi untuk jangka panjang. Karena untuk memanen getahnya baru bisa dilakukan setelah lima tahun penanaman. Sedangkan, urgensi pengembangan biofuel ini adalah agar rakyat makin mandiri. "Masyarakat tidak lagi harus selalu bergantung pada Pertamina atau Pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan energi," ucap Djoko.

Keunggulan biofuel ini, papar Djoko, juga ternyata cukup banyak. Salah satu variannya adalah biodiesel (biofuel dari tumbuhan berbiji keras, red) yang memiliki keunggulan ekologi dan teknik dibanding diesel biasa. Misalnya proses pembakaran lebih sempurna dari pada diesel biasa, sehingga asap hitam dan gas beracun yang ditimbulkan jauh lebih kecil. Selain itu, biodiesel ini juga dapat meningkatkan umur mesin karena memiliki tingkat pelumasan yang lebih tinggi.

Sementara itu, Agus, Manajer Pemasaran Pertamina Jagir ini turut memaparkan pentingnya pengembangan biofuel di Indonesia. Salah satu faktor adalah berubahnya status negara Indonesia dari eksportir menjadi importir migas sejak tahun 2005. "Karena sebanyak 30 persen kebutuhan domestik dipenuhi dari impor," tandasnya.

Pertamina pun menjawab tantangan ini dengan produknya yang bernama Pertamina-Biosolar. Produk ini sudah dipasarkan di Jakarta, Surabaya, dan Malang. Harga yang dijual sebesar 4300 rupiah, sama dengan harga solar biasa yang disubsidi. (mac/th@)

Berita Terkait