Kegiatan yang diikuti lebih dari 135 Ibu-ibu dan mahasiswi ini mengundang dua pembicara yaitu Lan Fang, penulis buku Perempuan Kembang Jepun dan Xang Liu serta ketua Lembaga Konsumen Media, Sirikit Syah.
Dikatakan Siswidarti SS selaku panitia acara ini, panitia sangat puas dengan jumlah peserta yang ikut serta. ”Kami tak menyangka akan lebihi target,” komentarnya. Mengenai alasan diadakannya bedah buku sendiri, Siswidarti menuturkan, pihaknya ingin memotivasi Ibu-ibu, dilingkungan ITS terutama, agar mempunyai minat yang tinggi dalam membaca dan menulis. ”Diharapkan dengan gemar membaca dan menulis dapat mengisi kekosongan waktu mereka,” tandasnya.
Penulis buku, Lan Fang pada kesempatannya mengatakan dalam bukunya dia mengambil setting tahun 1940-an, pada masa pendudukan Jepang. “Saat itu banyak culture (budaya, red) yang tumbuh bersama, misalkan Jawa, Madura, Arab, Jepang dan Cina,” kata wanita kelahiran Banjarmasin ini. Dalam bukunya, Lan Fang mengambil tokoh Matsumi, seorang wanita dari Jepang yang hidup dan menderita di Surabaya.
Dalam menulis buku ini, dikisahkan Lan Fang tidaklah mudah. Dia mengaku telah mengalami berbagai perbaikan. “Saya telah bongkar pasang empat kali,” kata Penulis yang sebelumnya menelorkan buku berjudul Reinkarnasi (2003).
Revisi yang dilaluinya, dikatakan Lan Fang antara lain karena ada sumber lain yang menyatakan bahwa tidak ada perempuan Jepang di Surabaya pada periode tersebut. “Katanya tidak mungkin mereka di sini, sebab perempuan Jepang sangat tinggi harga dirinya. Sehingga, mereka tidak mungkin tinggal di negara bekas jajahannya,” tutur sarjana hukum Ubaya ini.
Sementara itu, Sirikit Syah lebih memompa semangat ibu-ibu untuk gemar membaca dan menulis. Sirikit mengatakan membaca dan menulis merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Dijelaskannya, membaca merupakan tahap belanja kata-kata untuk bekal menulis. "Menulis bisa dilakukan di sela kesibukan, any place any time. Yang terpenting adalah kemauan,” kata penulis buku Harga Perempuan ini.
Untuk itu, lanjut wanita lulusan sastra IKIP Surabaya ini, sang Ibu bisa menulis dalam berbagai macam bentuk. ”Bisa esai ringan untuk kolom keluarga sebagai istri, ibu, wanita atau wanita karir. Selain itu, juga dapat dimulai dengan membiasakan menulis diary,” tandasnya. (th@/asa)
Kampus ITS, ITS News — Capaian membanggakan kembali ditorehkan oleh wisudawan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Ia adalah Hendy Gilang
Kampus ITS, ITS News — Banyaknya persoalan sampah di Indonesia menimbulkan berbagai dilema masyarakat. Oleh karena itu, tim Kuliah
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus mendukung kemajuan teknologi dan pendidikan Indonesia. Kali ini,
Kampus ITS, ITS News — Tim riset kendaraan hemat energi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus melebarkan sayapnya di kanca