ITS News

Sabtu, 28 September 2024
26 April 2007, 09:04

Fahmi Idris: Daya Saing Industri Kapal Lemah

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dalam pembukaan kegiatan Sampan (Semarak Mahasiswa Perkapalan) ITS di Gedung Rektorat ITS, Menteri Perindustrian Fahmi Idris mengungkapkan tentang kondisi industri perkapalan Indonesia yang masih lemah. Karena itu ia meminta kepada para mahasiswa untuk belajar dengan baik, sehingga dapat menjadi manusia yang lebih baik dari para pendahulu.

Dikatakannya, komponen-komponen kapal yang digunakan industri perkapalan di Indonesia masih didominasi produk impor, sehingga melemahkan daya saing di pasar internasional. ”Kondisi ini terjadi karena kurang kuatnya keterkaitan industri hilir dan hulu di sektor ini. Industri kapal tidak berdiri sendiri, harus didukung misalnya industri baja, mesin dan sumber daya. Nah di Indonesia keterkaitan antara industri-industri ini belum kuat,” katanya.

Ke depan, kata Fahmi Idris, departemennya akan menjadikan sektor industri perkapalan sebagai salah satu sektor yang harus dikembangkan, sehingga pemerintah harus memberikan dukungan mulai dari awal yang berkait dengan desain dan rekayasa kapal hingga ke model pengembangan klaster industri perkapalan. ”Untuk itu pemerintah akan terus memberikan dukungan pengembangan industri kapal dalam negeri. Misalnya di 2009 nanti, ditargetkan industri galangan kapal nasional bisa membangun kapal samapai kapasitas 50.000 DWT,” ungkap alumnus Universitas Indonesia ini.

Menurut catatannya, saat ini hampir 60% komponen kapal masih impor, sisanya 40% baru menggunakan produk lokal. Bahkan, dari tahun ke tahun impor komponen mengalami kenaikan. Misalnya, bila tahun 2004 impor komponen kapal Indonesia sekitar Rp 32,79 juta dolar AS, tahun 2006 lalu mencapai 39,30 juta dolar AS.

Menurut Fahmi Idris, saat ini semua pihak harus bekerjasama dalam mewujudkan perkembangan industri perkapalan. Pasalnya, pasar dalam negeri maupun internasional sangat potensial. Hampir semua galangan kapal dengan reputasi bagus telah mendapatkan pesanan hingga jangka panjang. ”Pemerintah akan mulai mendorong pengembangan dan investasi industri baja di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah yang memiliki sumber daya biji besi dan batubara,” terang pria kelahiran Jakarta, 20 September 1943 ini.

Terkait belum tersebarnya perusahaan galangan kapal di Indonesia, pemerintah juga akan mulai mendorong penyebarannya ke beberapa daerah. Di Jawa Timur, Lamongan dinilai sangat potensial untuk dijadikan Special Economic Zone (SEZ), yang nantinya juga akan dibangun galangan kapal. ”Sudah ada investor dari China, Malaysia dan Korea yang tertarik, karena lokasinya bagus. Jadi ini juga sebagai upaya agar galangan tidak terpusat di Batam,” katanya.

Selain Lamongan, katanya menambahkan, Dumai di Propinsi Riau juga sedang dalam tahap studi untuk pembentukan SEZ. Ke depan, langkah pengembangan pusat ekonomi khsusus, terutama penyebaran perusahaan galangan, didorong menyebar sepanjang Banten hingga Madura. (Humas/rif)

Berita Terkait