ITS News

Sabtu, 28 September 2024
02 Oktober 2007, 12:10

Seminar Solaris, Kenalkan Sistem Operasi Alternatif

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Acara bertajuk Solaris OS In-Depth Sessions ini digelar sebagai bentuk kerjasama antara program S2 Teknik Informatika dan Sun Microsystem Indonesia. Bertempat di Auditorium Pascasarjana pada Senin (1/10) ini, kegiatan yang dihadiri ratusan mahasiswa ITS ini menghadirkan pembicara utama Andre Wenas, Direktur Teknologi Sun Microsystem Asia South dan Adhari Mahendra, Konsultan perangkat lunak Sun Microsystem Indonesia.

Sistem operasi ini dikenalkan pada peserta, mulai instalasi hingga fitur yang ada di Solaris. Solaris sendiri merupakan sifat tertutup (closed source) dan dikenakan biaya bila menggunakannya. "Namun sejak versi Solaris 10, sistem operasi ini bisa digunakan secara gratis,” ungkap Andre Wenas.

Solaris telah memiliki versi open source yang dikenal dengan OpenSolaris sejak tahun 2005 lalu. Pihak Sun Microsystem sendiri kini memperoleh penghasilan dari layanan support yang ditawarkan kepada pengguna. Ada beberapa perbedaan mendasar antara Solaris dengan OpenSolaris, meskipun keduanya sama-sama bisa digunakan secara gratis.

Misalnya, Solaris memerlukan registrasi, sedangkan OpenSolaris bisa dipakai secara bebas. Solaris didistribusikan dalam bentuk Binary, sedangkan OpenSolaris juga bisa dipakai dalam bentuk source code. “Solaris ini bisa digunakan secara gratis, sebagai evaluation selama 90 hari. Lalu setelah itu harus melakukan registrasi. Registrasi ini free of charge (gratis, red),” ungkap Wenas.

Selain memperkenalkan tentang sistem operasi Solaris, Wenas juga menjelaskan terkait berbagai fitur yang ada di Solaris, diantaranya file sistem ZFS. Menurut Wenas, file sistem ini memiliki banyak keunggulan dari pada file sistem lainnya yang digunakan di Linux maupun Windows. ZFS ini memiliki kemampuan untuk mengetahui apakah suatu file corrupt. Di setiap file yang disimpan dengan ZFS dicek integritas nya dengan Checksum. “Jadi jika suatu sat nilai checksum ini berubah, kita dapat mengetahui kalau file ini corrupt,” terangnya.

Selain itu, Solaris juga memiliki dukungan pada format ODT (Open Document Format). Menurut Wenas format dokumen terbuka ini lebih baik dari pada format tertutup. “Saat ini di luar negeri sudah mulai dipikirkan apakah data yang disimpan dalam format tertutup seperti Microsoft Office masih akan bisa dibuka lagi sepuluh tahun mendatang misalnya,” jelas Wenas menceritakan pentingnya dokumen format terbuka ini.

Pihak Sun juga tidak berkeberatan bila dari sistem operasi dikembangkan distribusi sitem operasi (distro) baru. “Bahkan saat ini sudah ada enam distro baru yang berbasis dari Solaris ini,” ujar Wenas. Ini sesuai dengan filsafah dari software open source yang mendorong adanya inovasi baru. "Tentunya setiap orang tidak hanya ingin menjadi pengguna tetapi juga menajdi penemu," papar Wenas.

Pengguna sistem operasi Linux, menurut Andre, tidak akan kesulitan memakai Solaris. Sebab perintah yang digunakan di OpenSolaris dan Solaris ini banyak yang mirip dengan Linux. “OpenSolaris dan Solaris juga menggunakan tampilan layar yang sama dengan Linux yaitu Gnome dan KDE,” tandasnya.

Untuk semakin mengenalkan sistem operasi Solaris, pihak penyelenggara juga membagikan secara gratis DVD Solaris kepada setiap peserta. (rif/th@)

Berita Terkait