ITS News

Rabu, 02 Oktober 2024
28 Maret 2021, 10:03

ITS Bahas Kiat Recycle dalam Rethink of Plastic

Oleh : itsojt | | Source : -

Dr Warmadewanthi ketika menjelaskan komposisi sampah di Surabaya.

Kampus ITS, ITS News – Plastik kini menjadi isu utama yang memberi permasalahan lingkungan di dunia, salah satunya di Surabaya. Komposisi sampah plastik terutama sampah plastik sekali pakai mencapai 22 persen dari seluruh komposisi sampah di Surabaya. Oleh karena itu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membahas kiat recycle dalam konsep Rethink of Plastic pada acara Guest Lecturer on Sustainable Development Goals (GLS on SDGs), Rabu (17/3).

Dr Warmadewanthi menjelaskan bahwa definisi dari rethink adalah memikirkan ulang segala hal dengan hati-hati. Sesuai dengan topik yang diusungnya kali ini, Rethink of Plastic berarti memikirkan kembali cara-cara dalam mengatasi masalah sampah terutama  plastik. Ia menjelaskan, konsep ini akan berguna untuk mengurangi limbah plastik hanya berakhir di tempat pembuangan dengan cara mengembangkan metode reduce, reuse dan recycle yang telah dilakukan selama ini.

Dr Warmadewanthi ketika menjelaskan pengertian Rethink.

Alumnus Teknik Lingkungan ITS itu mengungkapkan, saat ini Kota Surabaya menitikberatkan untuk memperbesar kuantitas recycle di antara ketiga metode. Metode recycle berguna untuk memunculkan fungsi baru dari limbah plastik dan dianggap dapat memberi dampak besar terhadap pengurangan jumlah sampah plastik pada pembuangan. “Terlebih, saat ini Surabaya telah menerapkan cara yang unik untuk menarik kontribusi masyarakat dalam meningkatkan kuantitas recycle,” ungkapnya.

Kepala Pusat Penelitian Infrastruktur dan Lingkungan Sustainable ITS ini menginfokan, salah satu bentuk solusi inovatif di Surabaya untuk memotivasi masyarakat mengurangi sampah plastik ialah melalui penukaran sampah pada penggunaan transportasi bis. Penumpang bis dapat menukarkan sampah plastik yang ia bawa menjadi tiket bis sehingga mereka tidak perlu mengeluarkan uang lagi.

Cara tersebut terbukti mampu mengumpulkan sampah plastik dalam jumlah besar. Sehingga proses penyetoran sampah plastik kepada pendaur ulang menjadi lebih mudah. “Dalam satu tahun kita dapat mengumpulkan 41 ton sampah plastik dan kemudian dijual kepada pihak industri,” jelas wanita asal Bali tersebut.

Dr Warmadewanthi ketika menjelaskan solusi inovatif yang diterapakan dii Surabaya.

Namun mirisnya, saat ini angka impor plastik yang dilakukan oleh industri Indonesia terbilang cukup tinggi. Hal itu dikarenakan rasio antara kuantitas permintaan industri tidak seimbang dengan stok plastik yang tersedia dalam negeri. Selain itu kondisi sampah plastik lokal yang kotor akibat dari kurangnya budaya pemilahan sampah kurang disukai oleh pihak industri.

Mengakali masalah kualitas sampah plastik lokal tersebut, maka dilakukan pemformalan sektor informal dan pusat daur ulang lokal. Pemformalan ini dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengumpulan dan pemilahan sampah plastik agar tidak tercampur dengan sampah lain. Sehingga kondisi sampah plastik tetap bersih dan sesuai dengan standar kebutuhan pihak industri. “Melalui bekerja sama dengan sektor informal kita dapat mencari cara untuk menyeimbangkan supply and demand,” terangnya.

Sedangkan untuk  mengatasi masalah pemenuhan kuantitas permintaan industri, peneliti yang ahli di bidang pengolahan sampah padat ini menerangkan bahwa partisipasi komunitas masyarakat menjadi poin paling penting. Dengan partisipasi masyarakat, sampah dari setiap unit terkecil rumah tangga dapat terkumpul menjadi satu.

Partisipasi masyarakat ini dapat didongkrak lewat pendirian bank sampah. Bank sampah akan memberi harga setiap sampah yang ditukarkan oleh masyarakat. Kemudian hasil dari pengumpulan tersebut akan diteruskan hingga industri pendaur ulang. “Saat ini Surabaya telah memiliki 374 unit bank sampah yang masih aktif,” jelas salah satu sivitas akademika ITS tersebut.

Di akhir penjelasannya, Warmadewanthi berharap agar konsep Rethink of Plastic ini dapat menjadi pedoman dalam pengolahan  sampah plastik. “Kami juga berharap konsep  ini dapat diterapkan dalam setiap masalah yang terjadi di masa sekarang maupun masa depan,” pungkasnya. (*)

Reporter : ion 10

Redaktur : Wening Vio Rizqi Ramadhani

Berita Terkait