ITS News

Rabu, 02 Oktober 2024
25 Maret 2021, 13:03

Melalui Webinar, ITS Bahas Penelitian Reservoir Panas Bumi

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Pemaparan latar belakang dari penelitian reservoir panas bumi di Lahendong, Tomohon, Sulawesi Utara

Kampus ITS, ITS News – Eksploitasi dari waduk sebagai lapangan panas bumi untuk kebutuhan listrik di Indonesia akan berdampak pada produktivitas dari waduk itu sendiri. Untuk mewujudkan produksi yang berkelanjutan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengadakan webinar series yang membahas penelitian perubahan suhu batuan di lapangan panas bumi Lahendong, Tomohon, Sulawesi Utara agar dapat diprediksi dan dikendalikan, Sabtu (20/03).

Selaku pemateri, Muhammad Qarinur ST MEng memaparkan bahwa penelitian ini menggunakan pemodelan termo-hidro-mekanis (THM) dengan alat FEM multi-fisika solver COMSOL Multiphysics (COMSOL Multiphysics® versi 5.5, 2019). Alat tersebut digunakan sebagai pemodelan tiga dimensi (3D) untuk mengembangkan karakteristik perpindahan panas, aliran fluida, dan deformasi pada panas bumi. “Alat ini digunakan pada empat unit pembangkit listrik tenaga panas bumi,” ujar pria yang akrab disapa Qarin itu.

Tampilan 3D temperatur medan panas bumi dalam kondisi alamiah

Pada penelitian waduk suhu ini, terdapat dua kategori daerah reservoir. Kategori zona selatan digunakan untuk penelitian dengan suhu yang sangat tinggi (350 derajat celcius) dan kategori zona utara untuk suhu sedang (250 derajat celcius). “Hasilnya didapatkan kekeringan panas bumi mulai menunjukkan di angka sekitar 80% – 100% dan 30% – 50% untuk setiap zona,” paparnya.

Berdasarkan hasil kekeringan tersebut, prediksi temperatur sumur produksi menunjukkan penurunan yang cukup signifikan dengan waktu produksi. ”Penurunan suhu reservoir akan mengganggu tenaga listrik dalam sumur produksi, sehingga akan mengurangi keberlanjutan dari pembangkit listrik tenaga panas bumi,” jelas mahasiswa doktoral di Universitas Ehime, Jepang itu.

Selain itu, hasil simulasi juga mengungkapkan bahwa zona utara sangat cocok dijadikan sebagai lokasi sumur injeksi untuk evolusi suhu reservoir jangka panjang (36 tahun). Sedangkan, zona selatan diprediksi lebih cocok dijadikan sebagai sumur produksi utama saat ini. “Kedua sumber reservoir panas bumi di lapangan, masih mampu untuk menyuplai fluida panas seumur hidup,” jelasnya.

Namun begitu, hal ini sangat berpengaruh terhadap kondisi alam dan pekerja produksi di lapangan. “Karena pemerintah sedang menggalakkan energi terbarukan, pastinya hal ini akan menjadi pertimbangan,” tutur dosen di Universitas Negeri Medan itu.

Penampang melintang dari hasil model konseptual lapangan panas bumi Lahendong

Meskipun penelitian ini sudah menggunakan teknologi khusus, lanjutnya, tapi masih diperlukan pemantauan lapangan lebih lanjut, percobaan laboratorium, penelitian teoritis, dan simulasi numerik di lapangan panas bumi. “Untuk jangka panjang, produksi penelitian ini belum dapat divalidasi oleh lembaga karena masih kurangnya data penarikan tekanan terukur dalam lapangan,” tuturnya.

Diakhir sesi, Qarin menaruh harapan yang sangat besar kepada pemerintah untuk mempelajari lebih lanjut penelitian ini agar proses validasi bisa segera dilakukan. “Dan tentunya, agar Indonesia dapat segera menerapkan energi terbarukan di pembangkit listrik tenaga uap lapangan panas bumi Lahendong,” pungkasnya. (*)

 

Reporter : ion14

Redaktur : Wening Vio Rizqi Ramadhani

Berita Terkait