ITS News

Jumat, 27 September 2024
10 November 2007, 14:11

Menristek Tekankan Pentingnya Perpaduan Budaya dan Iptek

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Dua pertanyaan itulah yang dilontarkan oleh Prof. Dr Kusmayanto Kadiman, Menteri Riset dan Teknologi (menristek) saat membuka sesi orasinya yang berjudul Menemukan Kembali Renaissance di Indonesia, pada Rapat Senat Terbuka Senat ITS dalam rangka Dies Natalis ITS ke-47, Sabtu (10/11).

Kusmayanto menyatakan, dalam kacamata insan akademik iptek lebih cenderung dianggap suatu hal yang prestige. Mereka bangga bila tingkat pendidikan bertambah tinggi. Belum sepenuhnya terpikirkan bagaimana iptek itu nanti dapat diterima dan dipahami oleh masyarakat.

Padahal, lanjut Kusmayanto, Iptek dapat dikatakan sebagai agen perubahan sosial yang radikal. Dicontohkan bagaimana dulu mesin uap telah melahirkan sebuah revolusi kehidupan. Pertukaran budaya antar bangsa akibat kemajuan itu tak dapat dielakkan. Di sinilah seharusnya peran seorang akademisi dibutuhkan, menyelaraskan pandangan antara kacamata insan akademisi dan masyarakat. "Karena jika masyarakat tak dapat memahaminya bisa jadi iptek tak akan diterima. Bahkan dapat juga muncul adanya trauma teknologi," tuturnya.

Menurut Kusmayanto, hal itu perlu diperhatikan karena iptek sepenuhnya dapat membawa kemajuan pada suatu negara bila telah mampu menjadi bagian hidup dan budaya masyarakatnya. "Seandainya iptek diposisikan sebagai aspirasi politik di negeri ini, dapat dipastikan negara akan maju," imbuh pria berkacamata ini.

Selanjutnya ia mencontohkan, bagaimana dulu Eropa bangkit dari masa kegelapannya. Ditegaskan bahwa kebangkitan Eropa sama sekali bukan kerena faktor-faktor yang ada dalam renaissance, yakni iptek, karena saat itu iptek pun belum masuk. "Renaissance di Eropa lebih cenderung di mulai oleh adanya pergolakan dalam religi. Mereka mempertanyakan apa hak kita di hadapan Tuhan, apa yang dapat dilakukan di bumi ini, dan sejauh mana akal manusia harus mengetahui," jelas Kusmayanto.

Indonesia seharusnya demikian. Sebagai negara yang berbudaya dan penduduknya yang beragama, Indonesia juga memiliki peluang yang sama untuk menjadikan iptek bagian dari budayanya. "Dengan begitu iptek pun akan menjadi bagian hidup kita," terang Kusmayanto.

Lebih lanjut, berbicara tentang teknologi, Kusmayanto ingin memberikan definisi khusus pada istilah teknologi ini. "Karena kalau saya bertanya pada dua ratus peserta yang ada di sini pasti akan muncul dua ratus definisi teknologi yang berbeda," ucapnya disambut tawa peserta.

"Teknologi merupakan perpaduan sempurna dari ilmu, rekayasa, seni, dan ekonomi. Jadi bila ITS belum memiliki empat hal tersebut berarti belum sempurna," jelas Kusmayanto sambil tersenyum.

"Dan karena di sini ada faktor ekonominya, sangat dihalalkan apabila ITS juga membuka fakultas ekonomi," imbuhnya disambut gelak tawa peserta.(f@y/asa)

Berita Terkait