Kampus ITS, ITS News – Kepala Pusat Penelitian (Puslit) Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (MKPI) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Adjie Pamungkas ST MDevPlg PhD membagikan cerita timnya dalam mitigasi pengurangan emisi karbon dioksida ekuivalen yang merupakan faktor perubahan iklim pada acara Guest Lecture Series on Sustainable Development Goals, Selasa (23/3).
Tim dari Puslit MKPI ITS telah melakukan rencana mitigasi untuk pengurangan emisi karbon dioksida ekuivalen (CO2e) di Probolinggo beberapa waktu lalu. Menurut Adjie Pamungkas ST MDevPlg PhD, emisi yang dihasilkan di kota tersebut lebih banyak dihasilkan dari sektor non-pemerintahan. “Setengahnya dari pertanian dan kehutanan,” paparnya.
Penelitian yang dilakukan sejak 2011 itu tidak berhenti disana, menurut kalkulasi yang dilakukannya bersama tim, pada tahun 2025 nanti total emisi CO2e diperkirakan akan meningkat. Peningkatan emisi tersebut bukan hanya dari sektor non-pemerintahan tetapi juga dari sektor pemerintahan. “Lampu jalan menjadi penyumbang terbanyak emisi CO2e di sektor pemerintahan dengan total 188,920 ton CO2e pada empat tahun mendatang,” terangnya.
Sebagai tim dari MKPI ITS yang berperan memberi solusi bagi peristiwa kebencanaan dan perubahan iklim di Indonesia, Adjie dan timnya berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk mencari tahu langkah paling efektif untuk menurunkan tingkat emisi CO2e. Terdapat banyak sekali usulan langkah untuk mengurangi emisi yang terjadi, seperti prinsip 3R (reduce, reuse, dan recycle), mengganti lampu jalan dengan LED atau menggunakan sel surya, dan pengelolaan limbah cair domestik.
Hasil analisis yang dilakukannya menyatakan bahwa mengganti lampu jalan dengan LED atau menggunakan sel surya adalah langkah paling efektif untuk mengurangi emisi CO2e. Karena hal tersebut, 60 persen lampu jalan akan diganti sebagai bentuk aktif mengurangi emisi CO2e. “Kontribusi terbesar kota ini untuk mengurangi emisi hanya 8,34 persen, sangat jauh dari target pemerintah pusat sebesar 26 persen,” ungkapnya kecewa.
Selain itu, MKPI ITS juga pernah mengajak mahasiswa dari ITS untuk mengikuti penelitian lain terkait terkait perkembangan area yang dibangun di Kota Surabaya. Menurutnya, dalam kurun waktu empat belas tahun, sejak 2001 hingga 2015, area yang dibangun di Surabaya meningkat dan mengurangi ruang terbuka hijau dan biru secara signifikan. “Kami memiliki beberapa kalkulasi berdasarkan satelit yang difilter ke temperatur permukaan tanah, bisa dilihat mengalami peningkatan besar,” jelas Adjie.
Beliau berpendapat bahwa usulan mitigasi dalam masalah ini haruslah menghasilkan satu solusi besar, yaitu kombinasi antara ruang terbuka hijau dan biru. Dibutuhkan juga adaptasi terhadap kondisi Surabaya sekarang. Tidak lupa, Ia berharap dapat membuat kolaborasi di masa yang akan datang. “Kami memiliki motto sinergi dalam manajemen risiko,” tutupnya. (*)
Reporter: ion13
Redaktur: fatih Izzah
Kampus ITS, ITS News — Memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2024, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bersama Pengurus Wilayah
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi kompleksitas pasar kerja nasional, Institut Teknologi Sepuluh
Kampus ITS, ITS News — Tim Sapuangin dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mengenalkan mobil urban edisi terbarunya
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali dipercaya Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu