ITS News

Jumat, 27 September 2024
23 November 2007, 08:11

Surabaya Jadi Pilot Project Sampah

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Menurut Deputi Kementrian Lingkungan Hidup, Mohamad Helmy, mengungkapkan bahwa sekitar 80 persen sampah di Surabaya sudah dipilah dan diolah warga sendiri. Lebih lanjut, Helmy mengatakan pada daerah Jambangan dan 30 kelurahan lainnya sudah dapat memberdayakan warganya untuk aktif dalam memilah dan mengolah sampah. "Saya bawa kemana-mana metode dari Surabaya ini. Mulai dari kota-kota di Indonesia sampai ke Jerman," tambahnya.

Meski tingkat kesadaran warga Surabaya tinggi, namun untuk teknologi pengolahan sampah masih jauh tertinggal dengan negara-negara maju tersebut. Sistem pembuangan open dumping yang digunakan oleh Indonesia saat ini sudah lama ditinggalkan. "Singapura, USA, sudah mulai meninggalkan sanitary landfill dan menuju ke iniserator dan waste to energy. Sementara kita masih open dumping dan akan menerapkan sanitary landfill," imbuhnya. Padahal sistem open dumping ini membawa sumbangan yang tidak sedikit bagi global warming.

Sementara itu, pakar sampah ITS, Prof Yulinah Trihadiningrum MAppSc, menjelaskan bahwa gas metana yang terkandung dalam sampah masih ada hingga kurun waktu 20-25 setelah TPA ditutup. "Pemeliharaan TPA yang sudah ditutup tetap harus jalan," tandasnya.

Selain itu, sekitar 30-60 persen sampah masih dibakar secara manual tanpa dipilah terlebih dahulu. "Inilah penyumbang global warming terbesar," komentarnya. Meski begitu, Yulinah mengakui tingkat kepedulian warga Surabaya terhadap pemilahan dan pengolahan sampah sudah cukup besar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ITS, tingkat kepedulian masyarakat Surabaya untuk memilah dan mengolah sampah sudah sangat tinggi hingga mencapai angka 90 persen. Hal ini sangat jauh berbeda dengan perilaku warga Bandung, yang hanya 50 persen saja mau membayar retribusi pembuangan sampah.

Kesadaran tinggi dari warga ini membuat sampah plastik di Surabaya banyak termanfaatkan kembali. "Setiap hari di Surabaya ada 160 ton sampah plastik. Separonya sudah terangkut pemulung," sambungnya. Hal ini dikarenakan tingginya kesadaran masyarakat akan nilai guna kembali sampah.

Bahkan, Surabaya telah mempunyai Asosiasi Daur Ulang Sampah Plastik Indonesia. Para pengusaha daur ulang sampah plastik ini yang memproses sampah plastik menjadi palet-palet untuk dijual kembali ke pabrik plastik. "Mereka patut disebut pahlawan sampah karena dapat mereduksi jumlah sampah plastik," sarannya. Sebagai gambaran, Yulinah menjelaskan sampah plastik baru dapat terurai di alam dalam kurun waktu 5-50 tahun. (humas/th@)

Berita Terkait