ITS News

Rabu, 02 Oktober 2024
17 April 2021, 15:04

Perdalam Skill Kepemimpinan, ITS Ulas Permasalahan Organisasi

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Pendiri Yayasan Youth for Nation Indonesia, Ayu Wahyuni, ketika menjelaskan materi dalam pelatihan kepemimpinan BIMITS (17/4).

Kampus ITS, ITS News – Permasalahan organisasi merupakan salah satu tantangan yang pasti dihadapi seorang pemimpin. Kendati menciptakan gesekan dalam tim, hal tersebut juga dapat memperkuat hubungan kerja sama di antaranggota jika dapat disikapi dengan tepat. Melalui pelatihan kepemimpinan bertajuk The Next Step to Be Future Leader yang diselenggarakan oleh Bidikmisi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (BIMITS), Sabtu (17/04), mahasiswa diajarkan lebih dalam langkah untuk menyikapi masalah organisasi.

Pendiri Yayasan Youth for Nation Indonesia, Ayu Wahyuni yang dipercaya sebagai pembicara, menjelaskan bahwa permasalahan tim merupakan sesuatu yang wajar terjadi. Bentuknya pun dapat bervariasi bergantung pihak yang bersangkutan. Ia mencontohkan, adanya konflik antarindividu dapat disebabkan karena permasalahan pribadi, sedangkan konflik antara individu dengan kelompok dapat menjadi dampak akibat adanya tekanan konformitas yang dilimpahkan kepada anggota organisasi.

Lebih jauh, Alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah ini merinci, penyebab utama konflik dalam tim yaitu karena adanya miscommunication atau kesalahan komunikasi, sehingga menghasilkan respons anggota yang berkebalikan dengan tujuan yang diharapkan. Selain itu, kurangnya sumber daya manusia dan perbedaan gaya kerja individu di dalam kelompok seringkali dapat memicu timbulnya sebuah permasalahan organisasi. “Penting untuk membagi tanggung jawab supaya tidak ada anggota yang menggantungkan diri ke orang lain,” ujarnya.

Ayu melanjutkan, oleh sebab itulah pengenalan dan pendalaman sumber daya manusia yang beragam penting untuk dilakukan seorang pemimpin. Seperti misalnya, terdapat pribadi yang berkarakter terbuka dengan anggota, berlapang dada, mudah untuk menerima kritik dan saran, serta mau menyesuaikan diri. Di sisi lain, terdapat juga pribadi yang berkarakter tertutup, yang hanya mengenal diri sendiri dan enggan membuka komunikasi dengan orang lain. Selain itu, terdapat juga pribadi berkarakter “buta” yang lebih mengenal karakter orang lain, namun tidak mengenal karakter pribadinya.  “Pribadi yang terakhir ini cenderung impulsif dan menolak menerima saran,” imbuh Ayu.

Pendiri Yayasan Youth for Nation Indonesia, Ayu Wahyuni, ketika memaparkan materi mengenai permasalahan organisasi

Apabila pengenalan sumber daya manusia telah tuntas, wanita kelahiran Sumatera Selatan ini berpendapat bahwa seorang pemimpin akan mudah untuk mengambil solusi yang tepat. Seperti misalnya, pada tahap mediasi, komunikasi dengan pihak yang bersangkutan guna membicarakan keluhan yang dialami akan berjalan dengan baik. Dengan demikian, pendekatan (approach) seorang pemimpin yang adaptif ini dapat membuat anggota yang bersangkutan turut menjernihkan pikirannya. “Kalau pikiran kacau, pilihan yang diambil juga akan kacau dikemudian hari,” tuturnya.

Tak berhenti di situ, Ayu menyarankan kepada seorang pemimpin untuk mempersilahkan anggotanya melakukan penyegaran pikiran melalui hal-hal yang disukai. Sebab sembari menenangkan pikiran, hal ini juga dapat mengisi ulang tenaga yang terkuras. Tenaga inilah yang nantinya digunakan anggota dalam menyikapi dan mendewasakan diri dalam mencari solusi permasalahan. Dengan demikian, pendewasaan diri yang merata ini akan memudahkan organisasi menemui titik terang dalam permasalahannya.

Namun, apabila konflik yang dialami cukup kompleks serta dirasa berkepanjangan, wanita kelahiran 1997 ini memberi masukan agar pemimpin dapat menanamkan jiwa “mengalah” demi keberlangsungan organisasi. Ia menekankan bahwa mengalah bukan sesuatu yang pantang dilakukan oleh pihak yang berkonflik, sebab mengalah bukan berarti kalah.

Menjelang akhir, wanita lulusan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Pendidikan Fisika ini menekankan bahwa meskipun berat, keberadaan permaslahan dalam sebuah organisasi merupakan hal yang penting. Menurutnya, dengan hal ini, kreativitas serta kemampuan anggota dalam memecahkan masalah akan meningkat. Permasalahan yang timbul juga dapat menjadi momen untuk memperjelas batasan individu dalam kelompok, sehingga perilaku yang buruk dapat diminimalisasi.  “Organisasi akan menjadi lebih dewasa dengan mengetahui batas tanggungjawab setiap individu,” tutupnya. (*)

Reporter: Zanubiya Arifah Khofsoh

Redaktur : Akhmad Rizqi Shafrizal

Berita Terkait