ITS News

Jumat, 27 September 2024
22 Februari 2008, 09:02

Bicara Marketing Untuk Tata Kota

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Agar bisa bersaing dalam iklim global suatu kota diharapkan memiliki image yang baik serta mampu memasarkan asset yang dimiliki. Endra Atmajaya, selaku perwakilan dari Departemen Pekerjaan Umum (DPU) mengatakan bahwa seharusnya tiap kota memiliki identitas sendiri. Namun, menurutnya kini hampir seluruh kota di Indonesia terjadi penyeragaman. “Coba lihat, kini kota-kota Indonesia hampir seragam memiliki mall,” ungkapnya.

Disamping itu, ia menambahkan bahwa image suatu kota juga perlu dibangun. Suatu kota dapat memiliki image yang positif manakala kota tesebut ramah lingkungan dan memiliki iklim yang nyaman. ”Kita lihat saja Bandung yang memiliki iklim yang ideal, ruang terbuka hijau, serta tempat objek wisata belanja dan kuliner menarik. Itu menjadi image tersendiri,” jelasnya.

Pihak akademisi pun turut berbicara dalam seminar ini. Pakar Planologi dari ITB, Ir Andi Oetomo MPI, menyatakan bahwa sekarang ini dibutuhkan keahlian dalam pemasaran kota. ”Ada berberapa kemampuan yang harus dimiliki, salah satunya adalah mampu mengidentifikasi pasar-pasar wisata dan industri yang kreatif,” ungkapnya.

Selain itu, penciptaan karakter juga merupakan keahlian yang diperlukan. ”Karakter atau brand image suatu kota harus memiliki sense of focus, karena itu brand image kota harus dibangun berdasarkan visi kota tersebut.

Ditambahkannya, brand image suatu kota juga harus memiliki suatu keunikan tersendiri. Ia mengungkapkan tidak selalu kelebihan suatu kota yang ditonjokan dalam penciptaan image. ”Kota yang memiliki disadventage factor juga masih bisa memiliki daya saing,” ungkapnya.

Ia mencontohkan bahwa sebenarnya, Sidoarjo mampu menciptakan image yang baik dari bencana lumpurnya. ”Kota Sidoarjo dapat membangun image sebagai kota pusat riset teknologi kebumian urban mood volcano, dan ini merupakan suatu keunikan,” ungkapnya.

Sepakat dengan Andi, Endra Atmajaya mencontohkan banyak kota di luar negeri yang bisa hidup berdampingan dengan bencana.”Napoli dapat berkembang dengan 2 pegunungan yang mengapitnya, jadi seharusnya kita juga dapat hidup berdampingan dengan lumpur,” ungkapnya.

Brand Imaging Pemerintah Mojokerto

Dalam seminar ini turut hadir perwakilan Pemerintah Mojokerto. Diwakili oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Affandi Abdul Hadi, menjelaskan bahwa kota Mojokerto memiliki visi sebagai kota wisata budaya berbasis masyarakat.

Ia menambahkan bahwa sebenarnya Mojokerto memiliki potensi dibidang budaya. Museum trowulan dan beberapa daerah disana merupakan situs peninggalan kerajaan besar Majapahit. ”Rencananya Mojokerto dapat menjadi pusat informasi kerajaan Mojopahit. Situs dan bukti tertulisnya sudah ada, jadi tidak terlalu sulit untuk hal itu,” ungkapnya.

Ia berharap, dengan dijadikannya Mojokerto sebagai kota wisata budaya berbasis masyarakat, nantinya seluruh masyarakat dapat memiliki spirit untuk menjaga wilayahnya, sehingga pencurian situs-situs purbakala tidak akan terjadi lagi.

Selain seminar, beberapa acara lain juga di selenggarakan untuk menyemarakan serangkaian kegiatan Planofolis ini. Diantaranya festival film dokumenter, Festival Fotografi yang semuanya bertema White and Black City, tak ketinggalan English Debate dengan tema Indonesian Today and Future Plan. Keseluruhan acara ini mengikut sertakan pelajar serta mahasiswa. (yud/jie)

Berita Terkait