ITS News

Jumat, 27 September 2024
24 Februari 2008, 07:02

Lukis Surabaya Tempo Dulu Dalam Keramik

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Sebagai kota metropolis yang aktif membangun, Surabaya juga dikenal dengan kota kaya akan sejarah perkembangan kota. Untuk mengingatkan sejarah kota yang luar biasa, Mahasiswa Arsitektur ITS menggelar Ceramic Drawing Festival bertema Soerabaya Tempoe Doloe.

Rudwi selaku ketua panitia mengatakan festival ini tergolong unik, karena menggunakan keramik berukuran 40 X 40 centimeter sebagai media gambar. Selain itu peserta diharuskan menggambar dengan tema Surabaya tempo dulu. Peserta juga hanya diperbolehkan menggunakan pensil dan tidak boleh bermain warna.

”Hanya gambar sket pensil dengan arsiran dan rendering. Nantinya, finishing menggunakan pylox clear agar sketsa pensil tidak rusak,” kata Rudwi yang mahasiswa Arsitektur ITS angkatan 2006 ini.

Untuk mempermudah gambaran peserta akan tema yang diangkat, Rudwi mengungkapkan panitia mengarahkan pada sketsa bangunan Surabaya tempo dulu. ”Tapi kami tidak membatasi kreasi mereka (peserta, red), boleh juga gambar selain bangunan,” katanya.

Tak kurang dari 65 peserta mengikuti kegiatan ini dan terdiri dari mahasiswa, pelajar dan masyarakat. Menggambar di media keramik ternyata memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi. Hal itu diungkapkan Dr Agus Windharto DEA salah satu dewan juri festival ini. ”Keramik memiliki tekstur, tidak halus seperti kertas. Sehingga material yang digunakan untuk gambar harus tepat,” kata dosen jurusan Desain Produk ini.

Ada empat aspek penilaian dewan juri pada karya peserta. ”Penilaian akan berdasarkan ide, kreatifitas, estetika dan teknik,” kata Agus. Menurut Agus, akan banyak yang bisa di-explore peserta dalam kota Surabaya jaman dulu, untuk dituangkan dalam gambar. ”Dari literatur, kota Surabaya dulu belum padat penduduknya, belum ada kemacetan, dan belum ada banjir. Kota Surabaya sangat indah,” katanya.

Meski berbeda keadaannya dengan sekarang, tapi menurut Agus harus tetap ada kebanggaan atas kota Surabaya. ”Saat ini bisa dibilang Surabaya termasuk kota yang lumayan bagus dibanding kota besar lainnya. Dari segi banjir, kebersihan dan taman hijau kota misalnya, Surabaya lebih bagus,” jelas Agus.

Ketua Jurusan Arsitektur ITS Ir Purwanita Setijanti MSc PhD berharap kegiatan ini dapat meningkatkan awareness masyarakat terhadap bangunan peninggalan jaman dulu. ”Saat ini marak bangunan kuno diubah menjadi mall. Jika banyak yang peduli merasa memiliki tentu tidak terjadi,” katanya. Purwanita juga mencontohkan negara-negara di luar negeri yang sangat peduli dengan bangunan bersejarah.

Dari sekitar 66 pendaftar sekitar sebelas orang tidak hadir. Pemenang yang direncanakan hanya tiga orang untuk juara 1, juara 2 dan 3, mendapat tambahan dua lagi untuk posisi juara harapan 1 dan 2. Menanggapi hal ini Ketua Panitia Rudwi Awaluddin mengatakan dewan juri sepakat bahwa dari 9 nominasi yang ada memiliki kualitas yang cukup baik dan berhak mendapatkan kesempatan merebut dua gelar tambahan. Mengingat pula jumlah peserta yang bisa dikatakan cukup banyak.

Penilaian karya yang berdasarkan atas ide, kreativitas, estetika serta kerapihan dan teknik akhirnya membawa Erwin Tanjung dari Arsitektur ITS angkatan 2003 sebagai juara pertama. Disusul Novaria Rizqi dan Iman Adimasputro juga dari jurusan Arsitektur sebagai juara kedua dan ketiga. Sedangkan dua gelar tambahan direbut oleh Bambang Tri H dan Rahadyo Widyastomo.

Menanggapi kemenangannya Erwin Tanjung mengaku terkejut. Ia mengaku tidak mempersiapkan karyanya sebelumnya. “Saya malah nggak mendaftarkan diri, teman-teman saya yang mendaftarkan. Datang ke sini saja tadi terlambat baru sekitar jam setengah sepuluh,” ujarnya. Namun ia mengaku sangat bersyukur dan senang bisa menang. Karyanya yang menggambarkan situasi kota Surabaya tempo dulu lengkap dengan trem dan dokar dianggap dewan juri paling sesuai menggambarkan tema acara. Belum lagi angle gambar yang dibuat miring menambah nilai plus karya mahasiswa yang akan wisuda Maret ini.

Lain lagi dengan Rahadyo Widyastomo yang merebut Juara Harapan 2. Dari kesembilan nominasi yang ada hanya karyanyalah satu-satunya yang tidak memuat unsur bangunan. Dalam karyanya mahasiswa angkatan 2007 ini menggambarkan penjajahan tempo dulu. “Mungkin karena saya dari prodi Desain Komunikasi Visual jadi agak malas kalau disuruh menggambar bangunan,” tuturnya sembari bercanda.

Masing-masing pemenang mendapatkan hadiah berupa sertifikat, plakat dan sejumlah uang. Bagi semua peserta yang ikut berpartisipasi juga disediakan sertifikat peserta. Setelah pengumuman pemenang acara dilanjutkan dengan penampilan dua band sebelum akhirnya ditutup.(tyz/rif)

Berita Terkait