ITS News

Jumat, 27 September 2024
10 Mei 2008, 22:05

Helvy: Menulis Fiksi Itu Mudah

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

Banyak sekali peristiwa yang sering kali dilalui dalam kehidupan sehari-hari bahkan ada pula yang berkeinginan untuk bisa mengabadikannya dalam bentuk sebuah tulisan baik cerpen atau artikel. Dan sering kali banyak kendala yang harus dialami oleh seorang penulis pemula untuk menuangkannya dalam bentuk cerpen atau lainnya.

Beda halnya yang disampaikan oleh Helvy Tiana Rosa dalam acara Workshop Penulisan yang diadakan BEM FTI-ITS, Sabtu (10/5) ini. Penulis sekaligus dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ), menegaskan bahwa menulis fiksi itu mudah. “Sebenarnya menulis fiksi itu sangat mudah. Banyak peristiwa yang sering kita lalui begitu saja, padahal peristiwa sangat bagus jika kita tuangkan dalam bentuk tulisan,” ungkapnya.

“Tapi sering kali, kita kesulitan untuk menuliskan dalam bentuk tulisan-tulisan kecil agar kejadian itu dapat dikenang. Oleh karena itu diperlukan kiat-kiat khusus agar seorang pemula dengan mudah menuangkannya ke dalam sebuah goresan pena, salah satunya dengan membaca,” tambah Helvy. Saudara kandung dari penulis Asma Nadia ini juga menuturkan bahwa membaca dalam hal ini tak hanya membaca buku-buku teks atau karya sastra yang lain. Akan tetapi seorang cerpenis pemula haendaknya pandai-pandai untuk bisa membaca lingkungan sekitar dan mendiskripsikannya.

Selain itu juga, mencintai bahasa Indonesia, korespondensi, mendiskripsikan peristiwa serta memulai dengan menuliskan segala peristiwa dalam buku harian juga menjadi kiat-kiat yang dibutuhkan untuk cerpenis pemula. “Mulailah dari hal-hal kecil, mulai dari menuliskan segala peristiwa yang sering kita alami sehari-hari dalam bentuk diary, karena dengan begitu kita sudah mulai melatih diri kita untuk belajar menulis dengan baik” tandas Helvy.

Tak sekedar membagi kiat-kiat untuk menjadi seorang cerpenis, akan tetapi Helvy juga menuturkan kelemahan-kelemahan cerpenis pemula. Diantaranya, kekurangan ide, judul yang cenderung sama, pemilahan konteks kalimat yang kurang tepat, baik itu di awal atau diakhir karyanya. “Sering kali, seorang cerpenis pemula, kurang kreatif, untuk menentukan kalimat di awal karyanya, padahal yang menarik pembaca adalah kalimat pembuka dan kalimat ending dari karya kita,” papar Helvy.(st/rif)

Berita Terkait