ITS News

Sabtu, 16 November 2024
18 April 2022, 09:04

Masih Relevan kah Laporan Praktikum Ditulis Tangan?

Oleh : itszan | | Source : ITS Online

Kepala Laboratorium Fisika Dasar Unit Penyambutan Mahasiswa Baru (UPMB) ITS, Drs Bachtera Indarto MSi

Kampus ITS, ITS News – Sebagai bagian dari scientific community mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sejak semester satu diperkenalkan dengan atmosfer sains melalui rangkaian praktikum dengan output berupa laporan yang dikerjakan secara manual alias tulis tangan. Melihat kemajuan teknologi yang ada, relevankah metode ini dalam proses penulisan laporan untuk mahasiswa baru?

Pada mahasiswa semester 1 ITS yang menjalani mata kuliah Fisika Dasar 1, terdapat praktikum yang wajib untuk dilakukan. Praktikum bersama ini bertujuan untuk memudahkan mahasiswa untuk memahami materi perkuliahan melalui kegiatan motorik. Kemudian, untuk memberikan kemampuan pengamatan melalui pendekatan ilmiah. 

Menurut Kepala Laboratorium Fisika Dasar Unit Penyambutan Mahasiswa Baru (UPMB) ITS, Drs Bachtera Indarto, pembuatan laporan dengan tulis tangan bukanlah suatu bentuk penolakan atas teknologi yang seharusnya memudahkan manusia. Pilihan ini diambil sebagai bentuk kehati-hatian dalam penggunaan teknologi.

Dosen Departemen Fisika ini pun mengungkapkan bahwa sejak komputer berkembang, orang-orang menjadi malas untuk menulis tangan. Penggunaan komputer dan teknologi memang praktis, namun membuka peluang  penyalahgunaan. Dimana orang-orang akan malas berkarya untuk membuat laporan yang original. Hal tersebut akan menimbulkan berbagai masalah kepada para mahasiswa itu sendiri. “Yang pertama proses pembelajaran motorik mahasiswa tidak terjadi, dan masalah kedua kejujuran tidak bisa dijamin,” ujarnya.

Lebih lanjut, penulisan laporan praktikum dengan komputasi akan membuka peluang yang luas ke arah plagiarisme. Dengan menerapkan aturan untuk penulisan dengan tulis tangan, mahasiswa juga dipaksakan untuk membaca bahan ajar yang diberikan ataupun yang mereka cari sendiri. Meskipun hal ini tidak dapat menghilangkan kemungkinan adanya plagiarisme secara penuh, tetapi dapat menjadi usaha untuk memperkecil peluang hal itu terjadi.

Jika plagiarisme itu pun tetap terjadi, dengan menulis laporan secara manual, mahasiswa yang melakukan plagiat tetap melakukan proses pembelajaran dengan membaca materi dan/atau laporan praktikum orang lain. “Dengan begini, proses pembelajaran tetap terjadi,” imbuhnya.

Secara mudahnya, ITS sebagai lembaga pendidikan tinggi juga bertanggung jawab secara moral untuk turut serta menciptakan pembelajaran yang kondusif agar mahasiswa terbiasa untuk jujur. Dalam hal ini, kondisi tersebut dibangun salah satunya melalui penerapan penulisan laporan praktikum tulis tangan.

Alasan lainnya yang berupa tanggung jawab moral, Bach juga menitikberatkan kepada para mahasiswa mengenai motorik kerja seorang saintis dan teknisi. Jika praktikum dan laporan secara terus-menerus dikerjakan melalui teknologi, motorik laboratorium mahasiswa tidak akan bekerja dengan maksimal. “Alasan tersebut sangat kuat untuk diperhatikan, terlebih dengan kondisi pandemi saat ini,” jelasnya.

Bentuk target motorik kerja mahasiswa ini yaitu terbiasa dengan alat dan bahan dasar laboratorium, tata kerja serta gejala fisis percobaan, hingga karakter yang disumbangkan melalui metode praktikum banyak dari proses pembelajarannya. “Nilai motorik kerja dalam metode praktikum ini yang sesuai dengan nilai-nilai pembelajaran penggerak yang dirumuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” jelas Bach.

Pengerjaan laporan praktikum disini, diharapkan menjadi salah satu metode pengajaran yang berpusat pada mahasiswa yang menggambarkan strategi-strategi pengajaran dimana dosen dan asisten laboratorium lebih memfasilitasi daripada mengajar langsung. Dalam strategi pengajaran yang berpusat pada mahasiswa, pengajar secara sadar menempatkan perhatian yang lebih banyak pada keterlibatan, inisiatif, dan interaksi sosial mahasiswa saat di laboratorium. 

Hal tersebut juga dapat dijadikan refleksi diri, karena pada akhirnya sebagian besar mahasiswa akan merasa kewalahan dengan banyaknya laporan praktikum yang harus diselesaikan. Namun, sebagai mahasiswa, mereka harus menyadari bahwa kehidupan mahasiswa bukanlah kehidupan normal dimana semuanya dapat terus melakukan segala hal dengan sesuka hati. 

Momen laporan bertumpuk-tumpuk ini dapat mereka maknai sebagai proses belajar memanajemeni waktu dan menantang diri agar tidak menyerah dengan keadaan. “Di samping itu, mahasiswa dan dosen juga harus mengingat-ingat kembali makna Sistem Kredit Semester (SKS), barangkali mereka lupa makna SKS yang sesungguhnya,” tegasnya. (*)

 

Reporter: Fauzan Fakhrizal Azmi
Redaktur: Muhammad Miftah Fakhrizal

Berita Terkait