Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan semangatnya dalam mewujudkan tridharma perguruan tinggi. Tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) ITS bahu-membahu menyelesaikan masalah sampah di kawasan wisata air Gronjong Wariti, Kabupaten Kediri melalui pengelolaan sampah sederhana dan terstruktur pada sampah daun bambu.
Ketua tim Abmas ITS, Santi Wulan Purnami MSi PhD menjelaskan, kegiatan ini merupakan inisiasi dari Laboratorium Lingkungan dan Kesehatan Departemen Statistika ITS. Tim Abmas ITS ini, juga mendapat dukungan penuh dari ITS Smart Eco Campus dan Pusat Unit Potensi Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (PDPM) ITS sebagai penyedia kebutuhan teknologi bagi pembangunan komposter bata terawang.
Salah satu anggota tim Abmas ITS, Bayu Arnell Premdan Afristo, menyebutkan bahwa kegiatan Abmas ini meliputi sosialisasi pengurangan sampah daun-daun kering dari pohon bambu melalui pewadahan sampah terpilah dan komposter bata terawang. “Solusi ini berupa pendekatan pengelolaan sampah sederhana berbasis masyarakat,” terang mahasiswa Departemen Teknik Lingkungan itu.
Laki-laki berusia 21 tahun itu menguraikan skema pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang meliputi rencana pengelolaan sampah masuk hingga sampah keluar. Pengelolaan sampah masuk berupa pemisahan jenis sampah sejak dari sumbernya diwujudkan dengan pendesainan hingga pembuatan tempat sampah terpilah.
Lebih lanjut, Arnell menjelaskan apabila sampah hasil pemilahan yang dapat dikompos akan dicacah dengan mesin pencacah. Hal ini dilakukan guna mempercepat dan memaksimalkan proses pengomposan. Sampah tercacah akan dimasukkan ke komposter bata terawang. “Sudah ada empat tempat sampah pemilah dan komposter sendiri dibuat oleh tim dengan bantuan warga sekitar Gronjong Wariti,” paparnya.
Solusi Abmas ITS ini, hadir berdasarkan masalah pada kawasan wisata air Gronjong Wariti merupakan daerah pinggiran sungai yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Yakni, banyaknya pohon bambu di sekitar kawasan yang menimbulkan timbunan sampah daun yang berjatuhan serta dinilai mengganggu estetika dan kenyamanan pengunjung. Masalah lainnya, masyarakat di kawasan wisata air Gronjong Wariti hanya menghanyutkan sampah daun ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu.
Adanya kegiatan ini, sebagaimana yang Arnell paparkan, mendapat animo baik dari masyarakat, dibuktikan dengan banyaknya warga yang berpartisipasi. Sampah hasil pengomposan juga akan dicek secara berkala dengan memperhatikan kelembaban dan temperatur dari pengompos hingga kompos matang. Hasil pengomposan ini juga bisa menjadi potensi masyarakat yakni pengembangan bisnis lain seperti tanaman hias.
Tim Abmas ITS berharap, tempat sampah terpilah dan komposter bata terawang mampu membawa pengaruh baik bagi masyarakat. Kegiatan pengomposan akan tetap dilaksanakan selama satu bulan ke depan dan hasil kompos akan dievaluasi, sampai masyarakat bisa secara mandiri dan aktif melanjutkan apa yang sudah diberikan oleh tim Abmas ITS.
Kedepannya, kegiatan pengelolaan sampah sederhana berbasis masyarakat ini akan dilakukan secara berkelanjutan. Tahun pertama akan fokus mengajak masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah organik dan anorganik, serta pembuatan kompos menggunakan komposter bata terawang. “Tahun selanjutnya, kami berencana mengolah sampah plastik,” pungkas Santi kemudian. (*)
Reporter: Yanwa Evia Java
Redaktur: Shinta Ulwiya
Kampus ITS, ITS News – Indonesia terdiri atas beribu suku bangsa dan budaya, menyiratkan keberagaman yang tertanam dalam kehidupan
Kampus ITS, ITS News — Tak hanya berkomitmen untuk senantiasa menghadirkan inovasi mutakhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) juga
Kampus ITS, ITS News — Tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan aplikasi Kinderfin, untuk meningkatkan
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan atas inovasi anak bangsa, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas