ITS News

Rabu, 02 Oktober 2024
08 Desember 2008, 09:12

Peda Onthel Hanya Sampai Perempat Final

Oleh : Dadang ITS | | Source : -

ITS melalui International Foreign Language Society (IFLS) mengirimkan tiga debater team dan tiga adjudicators di ajang EJVED. Adam Amerit dari Teknik Informatika, Fahmi dari Teknik Kelautan, dan Galih dari Teknik Mesin, dipercaya IFLS untuk menjadi adjudicators di kompetisi yang tergabung dalam English Month 6 ini. Di antara tiga adjudicators tersebut, Fahmi dipromosikan sebagai chief adjudicators. Hal ini tentu sangat mengejutkan bagi mahasiswa baru Teknik Kelautan ini, namun ia menganggap hal tersebut sebagai keberuntungan sekaligus kesempatannya untuk terus maju di bidang debat berbahasa Inggris.

Selain tiga adjudicators, tiga debaters team (tim debat) juga turut berpartisipasi di ajang ini. Tiga tim tersebut adalah Vivat, Grace, dan Peda Onthel. Sayangnya Vivat yang terdiri dari Dimitri (Sistem Informasi), Putu Ayu Gatrani S. (Matematika), dan Tika Widyaningtyas (Statistika) harus puas hingga pre-eliminary round dan gagal melangkah ke babak perdelapan final.

Berbeda dengan Vivat, Grace dan Peda Onthel berhasil menembus pre-eliminary round menuju babak perdelapan final. Tak hanya Grace dan Peda Onthel, Anchor dari PPNS pun termasuk satu dari enam belas tim debat yang lolos menuju babak enam belas besar tersebut.

Namun agaknya dewi fortuna memang sedang tidak berpihak pada ITS. Grace dan Peda Onthel harus berhadapan dengan di babak tersebut. Mereka bertemu di meja debat dengan motion mengenai pertikaian antara Rusia dan Georgia. Grace yang beranggotakan Dini Rachmawati Santoso (Sistem Perkapalan), Nastiti dan Fajar Budiman (Teknik Elektro) menjadi pihak oposisi dari motion tersebut. Sedangkan tim Peda Onthel, Asmaul Husna dan Winni Sharfina dari Planologi serta Fauzan Rofiq dari Teknik Lingkungan berada di pihak pemerintah. Setelah perdebatan hebat berlangsung antara kedua tim, adjudicators akhirnya memutuskan tim Peda Onthel menang dan lolos menuju babak quarter final. Sementara Peda Onthel lolos ke quarter final, tim Anchor harus mengakhiri perjuangannya di perdelapan final.

Di babak perempat final, Peda Onthel berhadapan dengan Aegis Omega dari Universitas Brawijaya. Mereka berdebat dengan motion THBT People Will Not Stop To Smoke atau orang-orang tidak akan berhenti merokok. Aegis Omega sebagai pihak pemerintah mendefinisikan people sebagai pecandu rokok. Selain itu, mereka juga memberi batasan waktu pada motion tersebut sehingga pengertian motion tersebut diartikan bahwa para pecandu rokok tidak akan berhenti merokok selamanya.

Merasa kurang cocok dengan definisi yang diajukan, Peda Onthel sebagai pihak oposisi melakukan definition challenge dengan mengajukan pengertian lain. Dalam suatu kompetisi debat, pengajuan definition challenge bukan hal yang mudah. Tim oposisi harus memiliki definisi yang betul-betul kuat dibandingkan tim pemerintah. Bila definisi yang diberikan kabur atau tidak bisa diperdebatkan, maka kekalahan akan membayangi tim oposisi. Sayangnya, hal itulah yang dialami Peda Onthel. Menurut para adjudicators, definisi yang diajukan Peda Onthel terlalu lemah dan tidak jauh berbeda dengan Aegis Omega. Hasilnya, perjalanan Peda Onthel harus berakhir di quarter final. Di babak semi final tersisa tiga tim dari Unibraw dan satu tim dari Unesa.

Walau kurang puas dengan hasil perlombaan ini, Fajar Budiman memaklumi kekalahan mereka. "Kegiatan Englsih Debate memang masih kurang mendapat perhatian sehingga kami sering menemui kesulitan tempat dan biaya tiap kali hendak berlatih apalagi mengikuti kompetisi," papar Ministry of Debate ini. (taw/mtb)

Berita Terkait