Kampus ITS, Opini — Pada 2045 mendatang, Indonesia digadang-gadang akan merasakan bonus demografi. Namun, apakah Indonesia dapat merasakan kejayaan berkat hal tersebut atau justru sebaliknya? Lalu, seberapa besar persiapan generasi muda negeri ini untuk menghadapinya?
Bonus demografi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan penduduk sebuah negara pada usia produktif yaitu berkisar antara 16 hingga 65 tahun. Peningkatan tersebut diikuti pula dengan menurunnya angka kelahiran serta kematian.
Meningkatnya jumlah penduduk usia produktif diperkirakan tepat saat Indonesia berusia 100 tahun. Kesempatan ini dapat digunakan untuk mengoptimalkan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat untuk memajukan bangsa.
Dalam opininya yang dikutip dari Iprahumas.id, Imam Suyanto selaku Hubungan Masyarakat (Humas) Kementerian Perdagangan memaparkan, bonus demografi terbagi atas dua sisi. Keduanya ialah sisi kesempatan dan sisi tantangan.
Kesempatan yang ia maksud adalah momentum untuk mengurangi angka pengangguran, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Namun tantangannya adalah sampai saat ini Indonesia masih memiliki beragam permasalahan dari beberapa aspek.
Menilik dari Negara Korea Selatan (Korsel), pada tahun 1950 negara tersebut dinyatakan sebagai negara termiskin se-Asia. Tetapi pernyataan itu seiring waktu dapat dengan segera dipatahkan akibat memanfaatkan bonus demografi di saat bangsa Korsel bangkit dari keterpurukannya. Lambat laun Korsel mampu berkembang pesat dan membalik keadaan.
Tak hanya Korea, Tiongkok sebagai negara dengan penduduk yang majemuk juga merasakan kejayaan akibat dari bonus demografi sekitar tahun 90-an. Keberhasilan itu disebabkan karena bangsa Cina memberdayakan SDM dengan membuat industri rumahan. Sejalan dengan itu, Tiongkok juga mulai melakukan investasi besar-besaran di bidang pendidikan pada tahun tersebut.
Dengan latar belakang kedua negara tersebut yang mempunyai kemiripan dengan negeri ini, Indonesia berpotensi menjadi pusat perhatian apabila memanfaatkan bonus demografi di 2045. Menjadi sebuah tanda tanya pula, bisakah Indonesia mengambil keuntungan yang berdampak besar bagi kemajuan negara layaknya Korea dan Tiongkok?
Apabila ditinjau dari segi SDM tenaga kerja Indonesia masih sedikit yang berpendidikan menengah ke atas, akibatnya daya saing pun cukup rendah. Tak hanya itu, lapangan kerja juga masih sangat sedikit sehingga angka pengangguran di Indonesia saat ini masih cukup tinggi.
Dari permasalahan tersebut, pemerintah tentu mengupayakan agar generasi muda Indonesia benar-benar siap menghadapi bonus demografi. Upaya pemerintah yang saat ini dapat dirasakan generasi muda adalah kurikulum Merdeka Belajar. Di mana fokusnya adalah aspek pengembangan kreativitas dan inovasi dalam studi permasalahan.
Upaya pemerintah lainnya yaitu adanya Kartu Prakerja dengan harapan masyarakat bisa menciptakan wirausaha sehingga terciptalah lapangan kerja. Selain itu adanya dukungan pembiayaan UMKM dari pemerintah berupa Kredit Usaha Rakyat (KUR) diharapkan dapat membantu masyarakat untuk mengembangkan usahanya.
Dengan upaya pemerintah yang demikian, tentu sebagai warga negara juga harus berupaya mendukung usaha pemerintah mempersiapkan SDM siap bonus demografi. Generasi muda sebagai agent of change sudah sepatutnya memberikan pergerakan demi menyokong Indonesia emas. Pergerakan sederhana yang mungkin bisa dilakukan selain belajar adalah mengabdi kepada masyarakat.
Melihat adanya kesempatan dan tantangan, tentunya bonus demografi ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu adanya komitmen dari pemerintah sebagai pemegang kebijakan serta terlibatnya masyarakat sebagai agen perubahan. Apabila kedua komponen ini sudah satu visi maka dapat diyakini Indonesia emas 2045 bisa benar-benar terwujud. (*)
Ditulis oleh:
Nabila Hisanah Yusri
Mahasiswa S-1 Departemen Teknik Kelautan
Angkatan 2022
OJT ITS Online
Kampus ITS, ITS News – Indonesia terdiri atas beribu suku bangsa dan budaya, menyiratkan keberagaman yang tertanam dalam kehidupan
Kampus ITS, ITS News — Tak hanya berkomitmen untuk senantiasa menghadirkan inovasi mutakhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) juga
Kampus ITS, ITS News — Tim Pengabdian Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan aplikasi Kinderfin, untuk meningkatkan
Kampus ITS, ITS News — Sebagai bentuk dukungan atas inovasi anak bangsa, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas