Kampus ITS, Opini – Peribahasa tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina seakan melandasi keputusan jutaan mahasiswa untuk merantau demi mengenyam pendidikan tinggi. Tantangan untuk berjuang di tanah rantau pun ikut menjadi konsekuensi. Salah satunya adalah jauh dari keluarga dan orang terdekat sebagai support system yang berpengaruh besar pada psikologis mahasiswa rantau itu sendiri.
Selalu ada konsekuensi dari setiap pilihan, tak terkecuali keputusan seseorang untuk merantau. Pergi meninggalkan kampung halaman menuju tanah rantauan yang asing tentunya menjadi tantangan tersendiri. Dalam salah satu penelitian yang dilakukan oleh Dankook University, disebutkan bahwa adaptasi dengan lingkungan baru serta norma sosial yang berlaku acapkali menjadi masalah bagi mahasiswa yang berasal dari daerah berbeda.
Di samping sisi sosial, mahasiswa rantau juga harus beradaptasi di bidang akademis bersama mahasiswa lainnya. Perbedaan signifikan pada sistem akademik sekolah dengan kuliah menjadi tantangan yang mau tak mau harus dihadapi bersamaan. Sebagai contoh, tingkat kesulitan penugasan saat di sekolah dan kuliah jauh berbeda. Saat di sekolah, tugas umumnya berupa latihan soal ataupun esai singkat, lain halnya dengan kuliah dimana penugasan berkutat pada jurnal dan artikel ilmiah.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, mahasiswa rantau dituntut untuk menghadapinya sendiri. Keluarga dan lingkaran orang terdekat yang tak turut mendampingi berpotensi memengaruhi psikologis sang perantau. Stres, frustasi, hingga kesepian menggiring pada depresi dan tak jarang, hal tersebut mereka pendam sendiri. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus, karena sejatinya, manusia merupakan makhluk sosial.
Tak dapat dipungkiri bahwa keluarga memiliki peranan penting sebagai support system seseorang. Meskipun begitu, hal tersebut tak bisa dipukul rata sebab bergantung pada situasi dan kondisi keluarga setiap individu. Berdasarkan buku Human Development yang ditulis oleh Diane E. Papalia, dinyatakan bahwa dukungan dari keluarga menjadi faktor utama bagi mahasiswa bertahan di perguruan tinggi.
Kendati demikian, bukan berarti tanpa keluarga di samping mereka, mahasiswa rantau tak memiliki support system. Dukungan sosial masih dapat diperoleh dari orang lain, seperti teman ataupun pasangan. Dengan adanya orang-orang tersebut, mereka dapat membagi keluh kesahnya secara langsung, sehingga tak perlu memendam seorang diri.
Meski terdapat support system, dukungan dari dalam diri juga dibutuhkan. Psikolog klinis, Daniar Dhara Fainsya MPsi menganjurkan untuk sadar akan batasan dan kebutuhan diri demi bertahan di tengah terjangan tantangan. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki kapasitas diri masing-masing. Sebagai seseorang yang hidup sendiri, amat krusial bagi mahasiswa rantau untuk menuruti kebutuhan diri, karena yang mengetahui segala hal tentang dirinya ialah mereka sendiri.
Tak hanya itu, lingkungan rupanya juga memiliki pengaruh yang cukup signifikan bagi mahasiswa untuk bertahan di tanah perantauan. Hubungan sosial dengan orang-orang di sekitar tempat tinggal, gaya hidup pertemanan, serta atmosfer kehidupan akademis menjadi faktor krusial yang tak boleh diabaikan. Selektif dalam memilih lingkungan yang sehat dan suportif harus mengiringi interaksi mahasiswa rantau dengan support system mereka.
Mendapatkan support system di tanah rantauan tentunya memerlukan proses dan usaha dari individu tersebut. Hal ini bisa dimulai dengan mengurangi keraguan untuk membuka diri agar kesempatan interaksi dengan orang lain semakin lebar. Di samping itu, hal yang tak kalah penting adalah menjadi diri sendiri dan yakin bahwa akan ada yang menerima diri kita apa adanya. Sebab, dari ribuan manusia yang ditemui selama ini, pasti terdapat segelintir orang dengan frekuensi pikiran yang sama. (*)
Ditulis oleh:
Aghnia Tias Salsabila
Departemen Matematika
Angkatan 2022
Kampus ITS, ITS News — Rangkaian penutupan kegiatan Manajemen Bisnis Festival (MANIFEST) disuguhkan dengan penuh makna. Melalui talkshow, acara
Kampus ITS, ITS News — Nelayan kerang kini dihadapkan pada tantangan serius akibat menumpuknya limbah cangkang kerang yang terus
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru
Kampus ITS, ITS News — Untuk tingkatkan kualitas maggot, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) inovasikan metode untuk meningkatkan