ITS News

Minggu, 29 September 2024
10 Desember 2022, 12:12

Pertajam Penulisan Esai Ilmiah melalui Lokakarya DTSI ITS

Oleh : itsojt | | Source : ITS Online

Thabed Tholib Baladraf ketika membuka presentasinya dalam lokakarya 

Kampus ITS, ITS News – Dalam rangka pembinaan prestasi di bidang perlombaan esai ilmiah, Departemen Teknik Sistem dan Industri (DTSI), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengadakan sebuah lokakarya bertema Essay is Easy. Lokakarya ini diselenggarakan secara daring melalui Zoom pada Jumat (9/12).

Lokakarya ini menghadirkan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) Utama Universitas Jember 2021, Thabed Tholib Baladraf, sebagai pemateri. Dibuka dengan dengan penjelasan terkait beberapa karakteristik dari sebuah esai ilmiah, Thabed menekankan bagian-bagian yang membedakannya dari karangan tulisan ilmiah (KTI). 

Thabed menjelaskan bahwa esai ilmiah mengandung unsur opini yang didukung oleh fakta, di mana menurut Thabed, idealnya terdapat 70 persen opini dan 30 persen fakta. Tidak hanya itu, sebuah esai ilmiah berisi dengan gagasan ide futuristik, walaupun ide yang diusulkan harus tetap masuk akal dan rasional. “Ide yang ditulis harus bersifat revolusioner,” ujar Thabed.

Untuk menggali dan mengembangkan suatu ide yang revolusioner, Thabed menyarankan tiga metode berbeda untuk mendapatkan ide, yang pertama adalah metode famasi. Metode ini mengkaji fakta yang ada terlebih dahulu lalu mencari suatu permasalahan. Dari sana, dibuatlah suatu kajian hingga mencetuskan suatu solusi.

Sumber-sumber ide yang dapat digunakan untuk esai ilmiah

Metode kedua yang disebutkan adalah amati, tiru, dan modifikasi (ATM). Secara mendasar, Thabed menggambarkan bahwa ATM bekerja dengan cara mengamati ide terdahulu, lalu memodifikasinya dengan menyesuaikan topik esai. “Metode ini juga disebut sebagai Substitute, Combine, Adapt, Modify, Purpose, Eliminate, dan Rearrange (SCAMPER),” imbuhnya.

Terakhir adalah reverse thinking, di mana metode ini bekerja dengan cara mengidentifikasi hal-hal yang dapat menyebabkan suatu permasalahan terlebih dahulu. Thabed berkata bahwa lewat masalah yang sudah teridentifikasi tersebut, penulis esai dapat melahirkan sebuah solusi berdasarkan permasalahan yang dibahas.

Secara garis besar, Thabed melanjutkan, esai ilmiah memiliki struktur sederhana yang terdiri dari tiga bagian, yaitu pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, dan manfaat dan dianjurkan memiliki tiga paragraf, yang diperkuat dengan fakta dan data. “Lebih baik tidak lebih dari tiga paragraf karena apabila pendahuluan terlalu panjang, porsi pembahasan akan semakin pendek,” ucap mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian tersebut.

Setelah pendahuluan, mahasiswa angkatan 2019 tersebut berpendapat bahwa bagian yang menurut paling penting dalam sebuah esai adalah pembahasan. Secara garis besar, pembahasan menganalisis secara mendalam mengenai solusi yang diangkat dan bagaimana solusi tersebut dapat menyelesaikan problematika dalam esai.

Beberapa tip untuk menulis pembahasan esai ilmiah yang dikemukakan oleh Thabed Tholib Baladraf

Lebih lanjut, Thabed mengidentifikasi berbagai jenis analisis yang dapat mendukung solusi seperti analisis cara kerja, langkah strategis implementasi, pemangku kepentingan yang mendukung implementasi, dan potensi keberlanjutan. Tentunya, masih banyak langkah lain yang dapat digunakan. “Boleh menggunakan analisis lain asalkan dapat memperkuat ide,” tutur Thabed.

Bagian terakhir dari sebuah esai ilmiah adalah penutup, di mana penutup terdiri dari kesimpulan, harapan, dan sebuah kutipan atau kata-kata mutiara sebagai tambahan. Thabed pun menyarankan untuk membuat penutup dengan penggambaran semenarik mungkin sebab bahasa yang digunakan di esai lebih fleksibel,

Mengakhiri lokakarya, Thabed menyarankan agar selalu mahasiswa kerap berlatih menulis sesuai dengan ketentuan dan berani tampil berbeda dibandingkan dengan kontestan lain. Menurut Thabed, salah satu cara untuk melakukan tersebut adalah menambahkan visualisasi atau kutipan dan menyajikan judul semenarik mungkin. (*)

 

Reporter: Kevin Bahari Pratama

Redaktur: Yanwa Evia Java

Berita Terkait