Dalam diskusi yang bertema Road To Indonesia Baru: Menguak Tantangan Mahasiswa Menghadapi Wajah Baru Indonesia Pasca Pemilu, BEM ITS turut berbagi informasi tentang dunia politik. Dalam diskusi panel ini, topik utamanya lebih dikerucutkan pada dunia pendidikan dan sistemnya. Menarik, karena selain pembicara yang kompeten ternyata ada sisi lain yang terungkap dalam dunia pendidikan.
Terlebih jika dikaitkan dengan kondisi politik Indonesia saat ini yang sedang panas-panasnya, maka diskusi singkat ini bisa menjadi alternatif untuk menyongsong paradigma yang lebih baik. “ Sebentar lagi akan ada pemimpin baru yang akan melahirkan harapan yang baru pula untuk kebangkitan Indonesia,†ungkap Aris Sofan selaku Presiden BEM ITS.
Mengawali diskusi, Buchori memberikan sebuah metafora kehidupan. â€Apakah kita akan hidup seperti tumbuhan, yang bisa hidup kalau ada yang menyirami. Ataukah seperti hewan, jika kelaparan langsung makan, tapi setelah kenyang tidak memperhatikan apapun disekitarnya. Atau kita akan hidup sebagai manusia?“ tanya pendiri Lembaga Manajemen Pendidikan Indonesia (LMPI) ini.
Lebih lanjut, alumni Teknik Mesin ITS ini memaparkan bahwa yang perlu dilakukan adalah mengubah paradigma kita terhadap fungsi pendidikan. “Mental kuli yang telah ditanamkan Belanda sejak zaman penjajah masih terbawa sampai sekarang. Bahkan lulusan sekolah atau kampus tak lebih dari jual ijazah,†kritik Buchori tentang mindset orang Indonesia.
Buchori memaparkan bahwa dalam konteks yang ideal, pendidikan bukanlah tempat mencetak ijazah. Lebih dari itu pendidikan mengandung nilai yang universal dan sangat mempengaruhi pola kepemimpinan bangsa ini kelak. Tidak berlebihan memang, karena sistem pendidikan yang masih berlaku ini juga tersematkan dalam generasi muda saat ini.
â€Pendidikan itu sebenarnya mempunyai banyak tujuan. Selain sebagai ajang pembentukan special skill yang kelak akan membentuk seorang insinyur, dokter, peneliti dan sebagainya. Namun pendidikan juga mempunyai fungsi sebagai wahana pembentuk life skill, enterpreneur dan leadership yang nantinya sangat dibutuhkan dalam kehidupan nyata,†ulas pria asli Surabaya ini.
Memang susah untuk mengubah mindset sebuah bangsa, bahkan mungkin butuh waktu puluhan tahun. â€Disini tugas saudara-saudara yang akan menjadi pemimpin di negeri ini. Yang bisa dilakukan salah satunya adalah mengubah sistem yang telah ada, terutama kurikulumnya,†ulas pria yang hobi membaca dan menulis ini.
â€Dari diskusi kita bisa shock, karena ternyata apa yang telah kita lakukan selama ini sangat kecil sekali. Semoga kedepannya apa yang kita lakukan bisa lebih riil dan kontekstual,†ungkap Riskal Majid, Menteri Sosial dan Politik BEM ITS.(hoe/bah)
Kampus ITS, ITS News — Sejak ditemukan pada 1862, plastik telah digunakan secara masif di dunia dan telah melahirkan
Kampus ITS, ITS News — Proses pembuatan batik sebagai warisan tanah air seringkali melibatkan penggunaan zat pewarna sintetis yang
Kampus ITS, ITS News — Terdapat lebih dari 13.000 sumur minyak terbengkalai di Indonesia yang memiliki potensi sebagai sumber energi
Kampus ITS, ITS News — Dalam upaya memperkenalkan pentingnya sertifikasi halal, tim Kuliah Kerja Nyata pengabdian Masyarakat (KKN Abmas)