ITS News

Sabtu, 28 September 2024
24 April 2023, 17:04

Mengintip Peran Makanan Sebagai Agen Diplomasi Lintas Kondisi

Oleh : itsric | | Source : ITS Online

Gelaran gala dinner KTT G20 yang menyuguhkan makanan khas Indonesia bagi tamu negara sebagai langkah konkrit diplomasi kenegaraan, 15 November 2022 (Sumber: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Kampus ITS, Opini — Makanan sebagai kebutuhan primer bagi makhluk hidup, memiliki nilai lebih dalam peradaban manusia. Selain menjadi sumber asupan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, makanan juga dapat memberikan kebahagiaan dan menjadi pelumas dalam obrolan yang berat, bahkan ketika menyangkut kepentingan diplomasi negara.

Berbekal sendok dan garpu, makanan dijadikan tameng utama dalam meningkatkan pengendalian diri hingga prasangka buruk. Dibuktikan melalui penelitian dari Harvard Kennedy School yang menunjukkan kenaikan jumlah glukosa dengan hubungannya pada efek tersebut. Hingga tergambar keberadaan makanan yang berkaitan erat dengan dampak signifikan pada hubungan kedua pihak.

Maka dari itu, diketahui bahwa salah satu barometer penggunaan upacara diplomatik adalah melalui media makanan. Ketika kepala negara berkumpul dalam konteks bilateral atau multilateral, fitur inti dari acara-acara diplomatik yang paling penting adalah perjamuan makanan. Dengan dampak yang signifikan terhadap hubungan diplomasi kenegaraan yang mendalam.

Kilas balik pada gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali yang turut menyertakan sesi gala dinner dengan menyajikan makanan khas Indonesia. Tak ayal jika aneka santapan ini juga dijadikan sebagai kunci utama pemasaran bidang pariwisata Indonesia ke mata dunia. 

Tak hanya pariwisata, pemberian makna terhadap makanan juga diamplifikasi lewat sejarah dan kenangan. Seperti pada pertemuan Presiden RI, Joko Widodo dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri yang dihiasi dengan sajian makanan kegemaran Ir Soekarno. Nampaknya, menyenangkan hati seseorang tidaklah serumit rumus kalkulus, sekadar menghidangkan makanan yang berkesan bagi sosok tersebut dapatlah menghidupkan suasana meja makan. 

Kejadian tersebut menunjukkan bahwasanya keberadaan makanan tidak hanya membawa kehangatan bagi tubuh, tetapi juga batin. Sisi keramahan dan perhatian dari tuan rumah terpampang jelas lewat pemilihan sajian, terutama pada agenda penting. Hal serupa juga dapat dilihat dari sang food advisor yang turut memperhatikan pantangan para pimpinan sebelum acara berlangsung.

Demikian, ditujukan bahwa makanan dapat menampung urgensitas sekadar penghilang lapar. Dengan memberikan sedikit bumbu tambahan, seperti kenangan ataupun perhatian pada preferensi makanan yang dapat berdampak besar pada suasana meja makan. Di sisi lain, kesalahan minor dalam juga dapat membutuhkan tenaga ekstra untuk mengembalikan suasana sosok yang dijamu.

Menarik benang merah, pemilihan makanan yang tepat tak hanya dapat dijadikan senjata menarik hati pasangan hingga calon investor bisnis. Lebih dari itu, makanan berhasil melampaui berbagai tembok bahasa dan budaya yang ada di dunia. Kenikmatan dari makanan seolah-olah lugas diucapkan lewat ekspresi wajah dengan suasana hati yang lebih gembira. 

Meski bukan sebuah rumus eksak untuk keberhasilan sebuah hubungan, tetapi faktor ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Bila dibarengi dengan usaha dan kerja keras, makanan dapat menjadi katalisator dengan kecenderungan pola hubungan yang lebih mendorong internasionalisasi. Dengan seyogyanya disambut oleh Indonesia untuk menjadi sebuah keunggulan baik dari sumber daya alam maupun manusia. (*)

 

Ditulis oleh:
Ricardo Hokky Wibisono
Departemen Teknik Sistem Perkapalan
Angkatan 2021
Reporter ITS Online

Berita Terkait