Pamekasan, ITS News — Setelah sukses atasi permasalahan limbah batik di Desa Klampas, Pamekasan, dengan reaktor pendegradasi limbah pewarna batik, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali bawa inovasi terbaru. Kali ini, ITS kembangkan reaktor tersebut dengan metode fotokatalitik yang terintegrasi panel surya.
Ketua tim Pengabdian Masyarakat (Abmas), Prof Adi Setyo Purnomo SSi MSc PhD menjelaskan bahwa dirinya bersama tim Abmas ITS berhasil gagas reaktor pendegradasi limbah pewarna batik pada 2021 lalu. Dilengkapi dengan adsorben yang terbuat dari mangan, zeolit, serta arang aktif, reaktor ini dapat menyerap polutan yang ada dalam pewarna batik. “Proses adsorpsi dan penjernihan pewarna batik akan terjadi dalam reaktor ini,” tuturnya.
Namun seiring berjalannya waktu, didapati bahwa reaktor tersebut membutuhkan energi listrik yang besar dalam pengoperasiannya. “Maka dari itu, kami mencoba berinovasi mengoptimalkan alat dengan metode fotokatalitik yang terintegrasi dengan panel surya,” ungkap Dosen Departemen Kimia ITS ini.
Lebih lanjut, dosen asal Surabaya tersebut menuturkan bahwasanya penerapan metode fotokatalitik dapat mempercepat proses terjadinya reaksi dengan memanfaatkan sinar ultraviolet (UV). Sehingga, metode ini dapat mempersingkat waktu penjernihan limbah dengan konsentrasi yang tinggi. Adapun dengan semakin singkatnya waktu yang dibutuhkan untuk mengolah limbah pewarna batik, listrik yang dibutuhkan pun menjadi semakin kecil
Di sisi lain, penerapan metode fotokatalitik pada reaktor pendegradasi limbah pewarna batik ini juga didukung dengan implementasi panel surya yang telah terintegrasi. Dengan bantuan cahaya matahari di siang hari, energinya akan dikonversi menjadi listrik yang dapat digunakan untuk menyalakan lampu UV dan motor pengaduk reaktor secara otomatis. “Dengan demikian, penggunaan listrik tidak akan membengkak,” ulasnya.
Alhasil, reaktor yang telah dikembangkan ini tak hanya mampu mengolah limbah pewarna batik yang bersifat karsinogenik, toksik, dan mutagenik saja, tetapi juga mendukung konsep ramah lingkungan pada penerapannya. Dengan demikian, lingkungan tidak akan tercemar oleh dampak buruk yang dapat disebabkan oleh limbah tersebut.
Pada akhir sesi wawancara, Adi berujar bahwa kegiatan yang disambut dengan antusias oleh warga ini bisa menjadi pelopor dari inovasi-inovasi ramah lingkungan lainnya. Tak hanya itu, Adi juga berharap untuk bisa terus mengembangkan inovasinya tersebut. “Semoga inovasi ini bisa membantu pengrajin batik dan berkontribusi untuk menjaga lingkungan,” pungkasnya penuh harap. (*)
Reporter: Mohammad Febryan Khamim
Redaktur: Irwan Fitranto
Kampus ITS, Opini — Dongeng merupakan salah satu bentuk seni turun temurun yang masih populer hingga saat ini. Meski
Kampus ITS, ITS News — Rangkaian penutupan kegiatan Manajemen Bisnis Festival (MANIFEST) disuguhkan dengan penuh makna. Melalui talkshow, acara
Kampus ITS, ITS News — Nelayan kerang kini dihadapkan pada tantangan serius akibat menumpuknya limbah cangkang kerang yang terus
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru