Kampus ITS, ITS News — Terbatasnya kemampuan ekonomi menjadi salah salah satu faktor penghambat berkembangnya pendidikan di Indonesia. Berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, tim Kuliah Kerja Nyata Pengabdian kepada Masyarakat (KKN Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) usung pembelajaran berbasis Fun and Contextual Teaching Learning (CTL) kepada anak-anak.
Ketua tim KKN Abmas ITS, Kiki Eka Dwintasari, mengungkapkan bahwa kemampuan ekonomi yang rendah adalah salah satu penyebab anak-anak mendapat pendidikan di bawah dari standar yang seharusnya. Alih-alih mengusahakan pengembangan aspek pendidikan anak-anaknya, keluarga dengan kemampuan ekonomi seperti itu justru cenderung memilih berfokus mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Mengatasi masalah terkait, tim KKN Abmas hadir dengan menyusun konsep pembelajaran nonformal berbasis CTL dengan menyasar kepada 30 anak di Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) Al-Hikmal Mubarok. Bertujuan mengasah keterampilan dan pengetahuan di kehidupan sehari-hari, pembelajaran yang ditekankan juga tidak jauh dari kondisi di sekitar mereka. “Hal itu dilakukan agar implementasi ilmu dapat dilakukan ke hal-hal terdekat,” ujar Kiki.
Dalam pengembangan metode ini, Kiki melanjutkan, fokus pengajaran ditujukan kepada pendidikan karakter yang disusun melalui dua topik besar, yaitu bahasa Inggris dan cinta tanah air. Pada masing-masing topik tersebut terdapat lima sub topik ringan yang dijadikan sebagai pokok pembahasan. Jika ditotal, terdapat 10 pengajaran yang memiliki sub topik yang berbeda untuk setiap pertemuannya.
Lewat topik yang dipilih, berbagai prototipe pun disediakan untuk menyesuaikan setiap pengajaran yang diberi. Prototipe tersebut dikembangkan dalam bentuk puzzle, flashcard, miniatur rumah adat, dan lain sebagainya. “Selain menyenangkan, penyampaian materi dengan prototipe juga lebih mudah dipahami oleh anak-anak di sana,” tutur perempuan yang juga merupakan atlet Randori tersebut.
Selama lima minggu berjalannya pengajaran kontekstual ini, Kiki mengakui tantangan yang ia dan tim alami. Layaknya anak-anak pada umumnya, emosi mereka cenderung sulit untuk diatur. Sehingga sebagai pengabdi, tim KKN Abmas ITS ini selalu berusaha untuk dapat mengontrol mereka selama masa pengajaran. Lewat pembelajaran kontekstual yang menyenangkan ini, Kiki mempercayai bahwa anak-anak justru bisa lebih fokus terhadap pengajaran yang diberikan.
Kini, pengabdian yang dibimbing oleh dosen Departemen Aktuaria, Dr Soehardjoepri MSi tersebut telah mencapai masa controlling. Hal tersebut diakui Kiki, setelah ia dan tim melakukan pengujian dari pengajaran yang telah diberikan selama ini. “Pengajaran yang kita berikan ternyata sudah aman dan bisa maju ke tahap berikutnya,” ungkapnya puas.
Tidak hanya berupa pengajaran, tim KKN Abmas yang terdiri atas 26 mahasiswa dari Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) ini juga mendonasikan prototipe yang telah digunakan kepada pihak TPQ. Kiki berharap melalui prototipe tersebut, pengajaran yang telah mereka bagikan tidak berhenti begitu saja. Melainkan terus dilanjutkan pengaplikasiannya oleh para pengajar yang ada di TPQ tersebut. (*)
Reporter: ion12/Ahmad Farhan Alghifari
Redaktur: Fauzan Fakhrizal Azmi
Kampus ITS, Opini — Dongeng merupakan salah satu bentuk seni turun temurun yang masih populer hingga saat ini. Meski
Kampus ITS, ITS News — Rangkaian penutupan kegiatan Manajemen Bisnis Festival (MANIFEST) disuguhkan dengan penuh makna. Melalui talkshow, acara
Kampus ITS, ITS News — Nelayan kerang kini dihadapkan pada tantangan serius akibat menumpuknya limbah cangkang kerang yang terus
Kampus ITS, ITS News — Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) terus berupaya mendorong peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru